Starla membantu putranya melepaskan tas punggungnya dan setelah itu meminta putranya duduk dengan tenang.
"Apa bunda memiliki banyak teman di sini?" Tanya Ibra seraya menatap ke arah bundanya yang terlihat bahagia.
"Hem, bunda memiliki banyak dan merasa bahagia saat di sini. Ada saja pekerjaan yang harus bunda pikirkan hingga akhirnya bunda bisa lupa jika ayah belum juga pulang." Jawab Starla sembari menyibukkan dirinya sendiri dengan mengambil makanan yang tadi sudah dibelikan oleh Ares untuk dirinya dan juga Ibra.
"Di sekolah Ibra tidak punya teman." Gumam Ibra sangat pelan.
"Apa?" Tanya Starla yang memang berada cukup jauh dari posisi putranya, hingga akhirnya dirinya tidak bisa mendengar apapun.
"Tidak apa-apa, Ibra senang mendengarnya." Jawab Ibra dengan tersenyum lebar.
Starla pun ikut tersenyum dan mengambilkan makanan untuk putranya.
"Ayo makan dulu, setelah ini temani bunda ke ruang meeting untuk membicarakan hal penting." Pinta Starla yang tentu saja dijawabi anggukan oleh Ibra.
Sudah lama sejak ayahnya dinyatakan hilang dan tidak juga ditemukan. Perlahan, kabar menurunnya perusahaan pun dibicarakan oleh orang-orang dewasa dan membuat beberapa temannya mendengar hal itu. Dari situ dirinya mulai dihindari oleh teman-temannya dan terus mendapatkan cacian akan hal itu. Untuk itu, akhir-akhir ini Ibra juga merasa sedikit kesepian saat berada di sekolah.
Setelah selesai jam makan siang, Ares pun masuk ke ruangan Starla dan memberitahu jika meeting akan dilakukan 15 menit lagi. Starla yang mendengarnya tentu saja hanya bisa mengangguk dan membiarkan putranya untuk makan lebih banyak lagi.
"Jangan bicara apapun saat ikut bunda nanti." Pinta Starla seraya mengelus rambut putranya pelan.
"Apa itu sesuatu yang penting?" Tanya Ibra penasaran.
"Ibra bisa diam saja dan menyimaknya, bukankah itu cara Ibra belajar saat ini? Untuk itu Ibra selalu pandai dalam hal apapun." Jawab Starla yang langsung saja membuat Ibra tersenyum lebar saat mendengarnya.
"Aku pikir bunda tidak tahu kalau Ibra anak pintar." Kata Ibra bercanda.
"Bunda pura-pura tidak tahu agar Ibra bisa selalu ada di samping bunda." Jawab Starla pelan.
Ibra pun terdiam dan meneruskan makanannya dengan tenang. Setelah selesai makan, keduanya pun pergi untuk meeting seperti yang dikatakan oleh Ares.
Selama meeting berlangsung, Ibra hanya duduk diam dan mendengarkan saja. Meeting hari itu diadakan oleh Starla karena Starla ingin membahas tentang kelanjutan perusahaan itu. Karena beberapa hari ini, ada rahasia penting perusahaan yang bocor, untuk itu Starla ingin membahasnya dalam meeting ini dan meminta untuk orang-orang yang tidak mempercayainya mundur dari posisinya.
Tidak lama setelah Starla mengatakan itu, beberapa orang berdiri dan mengatakan ingin mundur dan tentu saja Starla membiarkannya, jika seandainya perusahaan itu jatuh, dirinya tidak akan menyeret semua orang untuk ikut dengannya dan mendapatkan imbasnya.
"Kalau begitu, rapatnya sampai di sini saja. Nanti mas Ares akan memberikan pengumuman untuk setiap devisi, siapa ada yang ingin keluar lagi." Kata Starla mengakhiri rapatnya dengan tersenyum lebar.
Starla berdiri dan keluar dari kursi. Setelah itu Starla membungkukkan badannya dan berterima kasih pada orang-orang yang sudah membantu suaminya. Bagaimanapun juga Starla tahu, suaminya pun pasti akan melakukan hal seperti ini jika sesuatu seperti ini tiba-tiba terjadi.
"Terima kasih sudah membantu suami saya selama ini, saya tidak akan melupakan kalian. Jika nanti perusahaan ini berkembang menjadi lebih baik lagi, tolong ingat untuk kembali karena saya akan dengan sedia menerima anda semua lagi." Kata Starla setelah selesai membungkukkan badannya.
Semua orang yang melihatnya tentu saja langsung diam, tiba-tiba saja beberapa orang dari mereka merasa tidak enak hati karena menyaksikan hal seperti itu. Jelas-jelas mereka dulu mendapatkan banyak bantuan dari sini, tapi malah pergi saat genting seperti ini.
Starla menoleh ke arah putranya dan tersenyum lebar, begitupun dengan Ibra yang mengacungkan dua jempolnya ke arah bundanya, seolah-olah memberikan dukungan untuk keputusan yang diambil oleh bundanya.
"Kalau begitu, saya tunggu surat resignnya besok ataupun kapanpun. Sekali lagi terima kasih untuk bantuannya." Kata Starla lagi dan akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu, diikuti oleh Ibra dan juga Ares yang mengekor di belakangnya.
Ruangan rapat yang tadinya hening pun seketika menjadi sedikit ribut. Beberapa orang mengatakan tidak jadi pergi dan beberapa orang tetap ingin pergi.
"Setelah ini kerjaan mas Ares pasti makin sibuk, jadi mohon bantuannya." Kata Starla pelan pada Ares.
"Pasti mbak, saya tidak akan lupa bagaimana baiknya anda dan pak Gibran pada saya." Balas Ares pelan.
"Jangan khawatirkan keuangan, saya dan mas Gibran masih memiliki simpanan uang yang cukup untuk memberikan pesangon pada pegawai yang mengundurkan diri." Kata Starla lagi.
Ares pun mengangguk dan memilih untuk berpamitan dan membiarkan istri atasannya masuk ke dalam ruangannya bersama dengan putranya.
"Apa ayah selalu bersikap sopan pada semua orang?" Tanya Ibra pada bundanya.
"Lebih sopan lagi daripada apa yang bunda lakukan tadi, ayah selalu menghormati orang-orang yang sudah membantunya dalam hal apapun, apalagi orang itu lebih tua darinya." Jawab Starla memberitahu putranya.
"Ayah tidak pernah mengajari Ibra seperti itu, dia bilang Ibra bisa melakukan apapun yang Ibra mau." Kata Ibra mengatakan apa yang dipesankan oleh ayahnya.
"Karena Ibra masih kecil, dan tidak seharusnya untuk Ibra yang harus bersikap dewasa seperti ini." Jawab Starla seraya mengacak rambut putranya gemas.
"Ibra selalu belajar dari bunda." Kata Ibra tanpa sadar.
Starla yang mendengarnya tentu saja langsung melunturkan senyumannya dan terdiam. Benarkah hal seperti itu ia yang mengajarkan?
"Bunda selalu bilang baik-baik saja disaat bunda tidak baik-baik saja, bunda juga tidak ingin membuat orang lain repot meskipun orang itu tidak pernah mau direpotkan." Kata Ibra memberitahu bundanya.
"Apakah bunda seperti itu?" Tanya Starla tak percaya.
Ibra mengangguk cepat dan mengambil tangan bundanya dengan tersenyum tipis.
"Jangan sakit lagi, Ibra takut sendirian." Pinta Ibra yang langsung saja membuat Starla duduk dan memeluk putranya dengan sangat erat.
"Maafkan bunda, bunda janji akan melakukan apapun untuk Ibra nanti." Jawab Starla yang tentu saja berhasil membuat Ibra tenang saat mendengarnya.
"Bunda, apakah Ibra boleh tidur di sini?" Tanya Ibra pelan.
Starla yang mendengarnya tentu saja mengangguk cepat. Starla ingat apa yang diberitahukan oleh mama mertuanya tentang putranya yang tidak memiliki waktu cukup untuk tidur.
"Ibra tidur saja, bunda akan melihat Ibra dari sini." Kata Starla mencoba untuk menenangkan putranya.
Ibra pun mengangguk dan tidur di ats sofa. Jujur saja di sini ada ruangan lain untuk istirahat, tapi Starla tidak ingin masuk ke dalam sana. Karena banyak hal tentang suaminya ada di dalam ruangan itu, untuk itu Starla tidak ingin masuk ke dalam,Starla takut menangis jika masuk ke dalam ruangan itu.
Tbc