sebelas

1332 Kata
Dini hari Tasya kebangun dan terdiam sebentar menatap ke arah langit-langit kamar. Setelah itu Tasya pun bangun dan menyingkirkan lengan suaminya yang memeluknya. Tasya keluar dari kamar dan berniat melihat menantunya dan juga cucunya. Rasa-rasanya dirinya masih tetap tidak bisa membiarkan keduanya begitu saja. Biasanya jika menantunya seperti itu ada putranya yang selalu sigap dan menjaganya dengan baik, tapi kali ini putranya tidak ada dan digantikan oleh cucunya. Tasya membuka pintu kamar menantunya dengan hati-hati agar tidak membangunkan keduanya yang mungkin saja sudah tertidur lelap. Dugaan Tasya perihal keduanya yang tertidur tentu saja salah. Saat ini Ibra masih terbangun dan mengompres bundanya yang tiba-tiba saja mengalami demam tadi malam. "Ibra, apa yang kamu lakukan? Kenapa tidak tidur?" Tanya Tasya yang langsung saja masuk dan menghampiri ranjang di mana cucunya itu tengah duduk dan menantunya yang masih tidur dengan kain basah di dahinya. Tasya mengulurkan tangannya untuk mengecek suhu badan Starla, tentu saja panasnya cukup tinggi, dan pantas aja Ibra tidak tidur karena hal itu. Tasya menatap ke arah cucunya yang menatap ke arah bundanya dengan tatapan khawatir. Melihat hal itu tentu saja Tasya merasa sedih, sedari tadi dirinya enak-enak tidur dan malah membiarkan seorang anak kecil terbangun untuk merawat ibunya sendiri. "Ibra tidurlah sama kakek, biarkan bunda sama nenek." Kata Tasya yang langsung saja membuat Ibra menoleh dan menatap ke arah neneknya dengan menggelengkan kepalanya pelan. "Besok Ibra sekolah, jadi Ibra harus tidur." Kata Tasya lagi mencoba untuk membujuk cucunya. "Ibra baik-baik saja nek, tadi Ibra sudah tidur kok, tapi mendengar bunda merintih terus jadinya Ibra bangun dan tahu kalau bunda demam." Jawab Ibra dengan suara pelan. Setelah itu Ibra pun kembali mengambil kain yang ada di dahi bundanya dan kembali membasahinya dengan air yang berada tidak jauh darinya, setelah itu Ibra pun menempatkan kain itu di dahi bundanya lagi. "Baiklah, kalau gitu biarkan nenek ikut tidur di sini." Kata Tasya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ibra. Menjelang pagi, Tasya dan Ibra baru bisa kembali tidur karena panas yang ada di tubuh Starla sudah turun. Di saat keduanya tertidur saat itu juga Starla terbangun dan menatap ke arah dua orang itu dengan tatapan sendu. Biasanya di saat dirinya sakit seperti ini, suaminya lah yang ia lihat pertama kali saat dirinya terbangun. Tidak hanya itu, suaminya selalu tersenyum ke arahnya dan bertanya apakah dirinya lapar, tapi hari ini dirinya melihat putranya dan juga mertuanya, Starla benar-benar merasa sangat berterima kasih karena keduanya sudah merawat dirinya sedari malam. Starla memilih bangun dari tidurnya dan meminum air putih yang tersedia di atas nakas. Baru saja Starla ingin beranjak turun, gerakan tangan seseorang yang menahan lengannya membuat dirinya menoleh dan menatap ke arah putranya yang saat ini tengah menatapnya khawatir. "Terima kasih sudah jagain bunda tadi malam." Kata Starla dengan suara pelan. Ibra yang mendengarnya tentu saja langsung bangun dan memeluk bundanya dengan erat. "Ibra janji tidak akan membuat bunda khawatir lagi, maafin Ibra karena sudah menyusahkan bunda selama ini." Kata Ibra yang langsung saja membuat Starla terdiam saat mendengarnya. Starla melepaskan pelukannya dan mengelus kepala putranya dengan pelan, tentu saja Starla merasa sangat asing dengan kata-kata itu, tapi Starla tahu jika putranya pasti akan melakukan apa yang ia percayai dengan sungguh-sungguh. "Ibra tidurlah lagi, bunda akan bangunkan Ibra nanti saat waktunya sekolah." Pinta Starla yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Ibra. "Ibra tidak mengantuk, Ibra mau ikut bunda." Jawab Ibra yang berhasil membuat Starla terdiam saat mendengarnya. "Ibra, harus tidur. Semalam Ibra tidak tidur karena bunda." Kata Starla dengan suara pelan. "Tidak apa-apa, Ibra tidak mengantuk dan lebih suka ikut sama bunda." Jawab Ibra yang pada akhirnya tidak bisa ditolak oleh Starla. "Bunda ganti baju dulu, Ibra duduk di sini." Kata Starla yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ibra. Starla pun tersenyum tipis dan berjalan ke arah almari pakaiannya dan memilih baju untuk ia pakai. Hari ini Starla berniat untuk membuat sarapan pagi sebagai ganti karena dirinya sudah menyusahkan putranya dan juga mertuanya tadi malam. Setelah selesai berganti, Starla pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri putranya yang tengah membuka laci meja riasnya. "Ibra cari apa?" Tanya Starla menghampiri putranya. "Bunda harus sedia obat, kalau sudah beli tolong di simpan di laci ini." Kata Ibra yang langsung saja membuat Starla terdiam saat mendengarnya. "Iya, kemarin bunda lupa meminumnya. Maafin bunda ya sayang." Balas Starla seraya mencium pipi putranya lama. Ibra pun mengangguk dan tersenyum lebar ke arah bundanya. Saat ini Ibra hanya bersyukur karena bundanya baik-baik saja dan tidak kenapa-napa. "Sebagai gantinya, bunda akan masak untuk Ibra. Ibra mau sarapan apa?" Kata Starla yang berniat ingin menggendong putranya, tapi Ibra malah menghindar darinya. "Ibra akan jalan kaki, nanti bunda capek kalau gendong Ibra." Kata Ibra dengan suara pelan. Starla yang mendengarnya tentu saja merasa sedih, putranya bahkan sangat mirip dengan suaminya yang selalu memikirkan dirinya setelah melihat keadaannya yang seperti itu. "Ibra masih kecil, jadi tidak harus mengatakan hal seperti itu. " Kata Starla dengan suara pelan. Ibra pun memilih diam dan menggandeng lengan bundanya dengan tersenyum lebar. "Ibra mau omelette telur sebagai gantinya. Ibra mau pakai tiga telur." Kata Ibra dengan antusias. Pada akhirnya, Starla pun mengalah. Keduanya menuruni tangga dengan tangan yang bergandengan. Di dapur, Starla tidak sendirian, ada beberapa pembantu rumah tangga yang tengah membantunya membuat sarapan pagi. Ibra sendiri hanya duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat bundanya. Ibra terus menatap ke arah bundanya, takut jika terjadi sesuatu dengan bundanya yang baru saja sembuh dari sakitnya. Jam menunjukkan pukul enam pagi saat Ibra meninggalkan dapur untuk mandi, Starla sendiri saat ini tengah menata sarapan di atas meja makan dengan perasaan senang. "Apakah mbak Starla sudah tahu kalau Bu Tasya menghentikan pencarian mas Gibran?" Tanya seorang pembantu yang cukup akrab dengan Starla. "Mama sudah memberitahu Starla, mas Gibran pasti baik-baik saja." Jawab Starla dengan tersenyum lebar. Setelah selesai semuanya, Tasya yang panik karena tidak menemukan keberadaan Starla dan Ibra pun langsung berlari turun dan membuat kehebohan. Hingga akhirnya Tasya diam saat melihat Starla yang berdiri tidak jauh dari meja makan dengan membawa peralatan makan di tangannya. "Apa yang kamu lakukan? Kamu bahkan baru sembuh." Tanya Tasya yang terlihat sangat khawatir hingga tidak sadar jika nada suaranya sedikit meninggi. Semua orang tentu saja terkejut, tapi tidak dengan Starla. Starla justru merasa sedikit bersalah karena membuat mama mertuanya khawatir sampai seperti itu. Starla meletakkan piringnya di atas meja dan berjalan menghampiri mertuanya lalu memeluknya dengan erat. Starla tidak tahu harus mengatakan apa saat ini, yang pasti dirinya senang karena banyak orang yang menyayangi dan juga memperhatikan dirinya. "Starla sudah baik-baik saja, maaf karena sudah membuat mama khawatir." Kata Starla yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Tasya. "Ibra kemana? Dia juga tidak ada di kamar." Tanya Tasya memilih untuk mengabaikan permintaan maaf menantunya dan memilih untuk menanyakan keberadaan cucunya. "Ibra baru saja pergi untuk mandi, tadi dia ikut bangun saat Starla bangun." Jawab Starla dengan jujur agar mamanya tidak khawatir. Tasya yang mendengarnya tentu saja merasa sedikit malu. Bagaimana bisa dirinya tetap tidur di saat kedua orang itu bangun bersamaan. Bahkan anak sekecil Ibra sangat peka dengan gerakan di sekitarnya, jelas-jelas tadi malam Ibra tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, tapi anak itu masih bisa mengawasi bundanya yang dikhawatirkan semalam. "Kamu kalau merasa tidak enak dengan jantung kamu, bilang sama mama, jangan tiba-tiba jatuh seperti tadi malam. Kamu tidak tahu betapa khawatirnya Ibra, jika mama tidak melihat, mungkin anak itu hanya diam dan membiarkan kamu tidur di lantai." Kata Tasya dengan sangat kesal. Starla tahu, Starla juga ingat bagaimana putranya yang terus menangis saat mencarikan obat untuknya, Starla juga ingat saat putranya mengatakan ingin memanggil seseorang, tapi dirinya melarangnya. Tapi setelah itu Starla lupa dan tidak tahu apa yang terjadi lagi selanjutnya. "Ibra pasti sangat khawatir." Gumam Starla pelan. "Tadi malam kamu juga demam, dan Ibra tidak tidur untuk menjaga kamu." Kata Tasya dengan suara pelan, memberitahu menantunya tentang apa yang dilakukan oleh Ibra semalaman. "Lain kali Starla tidak akan melewatkan obat dan rutin mengunjungi dokter. Sekali lagi Starla minta maaf karena sudah membuat mama khawatir." Kata Starla penuh dengan penyesalan. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN