sepuluh 😭

1121 Kata
"Bunda, jangan seperti ini." Kata Ibra lagi yang langsung saja mengguncang tubuh bundanya yang hanya diam saja itu. Dengan takut, Ibra pun berlari ke arah nakas dan mencari obat milik bundanya. Dulu, bundanya sering melupakan untuk meminum obatnya dan seperti itu, untuk itu Ibra memilih untuk mencari obat bundanya dengan membuka semua laci-laci dan juga tempat-tempat yang bisa ia jangkau dengan mudah. "Bunda obatnya di mana?" Tanya Ibra yang sebenarnya pada dirinya sendiri dengan air matanya yang keluar. Starla sendiri hanya meringis pelan dan masih memegangi daddanya yang benar-benar terasa sangat sakit. Matanya terus menatap ke atas dan melihat langit-langit kamar yang sangat terang. Ibra sendiri terlihat frustasi karena tidak juga menemukan obat milik bundanya setelah membuka semua ruang yang bisa ia jangkau, bahkan tangisannya terdengar sangat keras karena rasa takutnya. Baru saja Ibra menyerah dan ingin pergi mencari neneknya, langkahnya terhenti dan melihat tas milik bundanya yang ada di atas ranjang. Ibra memutar langkahnya dan membongkar isi tas bundanya hingga akhirnya berhasil menemukan obat itu dan langsung saja menghampiri bundanya dengan membawa obat dan juga air untuk bundanya itu. Ibra duduk di lantai dan meletakkan gelas yang berisi air putih di atas lantai, dengan sedikit kesulitan Ibra memangku bundanya dan membantu bundanya meminum obatnya. Ibra terus menangis dan memohon dalam hati agar bundanya tidak kenapa-napa, bahkan tangannya terus gemetar karena takut terjadi sesuatu dengan bundanya. "Bunda, Ibra mohon ...." Kata Ibra seraya mengambil tangan bundanya dan memeganginya dengan erat. Starla yang mendengarnya tentu saja hanya bisa menangis dengan mata tertutup, menahan rasa sakit yang ia rasakan. Starla benar-benar benci pada dirinya saat ini, benci karena telah membuat putranya frustasi sampai seperti itu. "Ibra akan panggil nenek." Kata Ibra yang berniat pergi dengan tangisnya. Starla yang masih mendengarnya tentu saja langsung menggerakkan tangannya dan menahan tangan kecil putranya dengan kekuatan miliknya yang tersisa. Ibra yang merasakan itu tentu saja hanya diam dan menangis, menatap ke arah tangan kecilnya yang digenggam erat oleh bundanya. Dengan tangan miliknya yang lain, Ibra membantu bundanya mengusap air mata di wajah cantik yang terlihat pucat itu. "Ibra akan tetap di sini, jadi bunda harus baik-baik saja." Gumam Ibra yang kembali membuat air mata Starla keluar saat mendengarnya. Pada akhirnya dalam waktu beberapa menit Ibra terus mempertahankan posisi seperti itu, menahan berat kepala bundanya dan juga kakinya yang terasa kesemutan karena hal itu. Hanya saja, Ibra merasa sangat lega karena napas bundanya terlihat lebih tenang daripada tadi. Suara pintu yang terbuka membuat Ibra menoleh dan menangis saat melihat neneknya masuk dan terkejut saat melihat dirinya dan juga bundanya dalam keadaan seperti itu. "Bunda tidur, ...." Kata Ibra mencoba untuk menahan isakannya, namun air matanya terus keluar dengan sangat deras dan membuat Tasya ikut sedih dan melangkah dengan sangat pelan. Tasya ikut duduk di lantai dan mengecek keadaan menantunya dengan tangannya. Setelah itu Tasya menatap ke arah cucunya dan melihat cucunya yang terus mencoba untuk menghapus air mata yang keluar itu. Tasya tahu, hal ini pasti sudah berlalu cukup lama, untuk itu cucunya langsung menangis saat melihatnya masuk. "Tidak apa-apa, nenek akan panggil seseorang untuk memindahkan bunda." Kata Tasya dengan suara pelan. Ibra pun langsung mengangguk dan kembali menangis tanpa suara yang keluar dari bibir kecilnya. Tasya berjalan keluar dan menangis setelah menutup pintu kamar menantunya. Dirinya benar-benar sangat sakit saat melihat cucunya terus seperti itu. Anak sekecil itu harus menanggung semua ini sendirian, bahkan dia juga tidak mengeluhkan apapun padanya, seolah-olah semua itu baik-baik saja untuknya. Tasya menuruni tangga dengan tangisnya, mencari suaminya dan meminta bantuan untuk mengangkat Starla yang jatuh tertidur di atas pangkuan cucunya. Ibra bangun dengan perlahan setelah melihat bundanya diangkat oleh kakeknya, kakinya terasa sedikit nyeri tapi Ibra bisa menahannya, karena bagaimanapun juga sakit karena kesemutan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sakit yang diderita oleh bundanya. "Ibra tidurlah di kamar, nenek akan di sini menemani bunda kamu." Kata Tasya dengan mata merahnya. Ibra yang mendengar perintah itu tentu saja langsung menggelengkan kepalanya cepat. Meksipun selama ini dirinya tidur sendirian, hari ini Ibra tidak ingin meninggalkan bundanya, apalagi bundanya juga tidak menginginkan dirinya pergi tadi. "Ibra akan menemani bunda nek, Ibra tidak mau meninggalkan bunda." Kata Ibra yang langsung saja membuat Tasya menoleh dan mengusap air matanya cepat. Roni yang melihatnya tentu saja hanya diam dan berjalan menghampiri cucunya dengan langkah pelan. "Baiklah, kalau begitu Ibra tidur sama bunda. Kalau ada apa-apa langsung panggil nenek dan kakek, hari ini nenek sama kakek akan tidur di lantai yang sama." Kata Roni seraya tersenyum tipis ke arah cucunya dan mengusap rambut cucunya pelan. "Terima kasih kakek, tadi bunda sepertinya terlalu lama berendam dan jatuh." Kata Gibran yang hanya dijawabi anggukan oleh Roni. Lagipula siapa yang mau percaya? Jelas-jelas di lantai ada bungkus obat dan juga gelas air putih yang tergeletak, tapi Roni tidak ingin mengatakannya karena Roni tahu pasti ada alasannya kenapa cucunya itu tidak mengatakan semuanya. Setelah itu, Tasya dan Roni pun memilih keluar dari kamar Starla dan membiarkan cucu dan menantunya tidur di ranjang yang sama. Ibra yang sudah tidur di atas ranjang kembali turun untuk mengambil obat dan juga gelas air yang tadi ia lupakan. Dengan pelan Ibra meletakkan keduanya di atas nakas. Ibra tersenyum tipis saat melihat bundanya yang tidur dengan sangat lelap, Ibra tahu di dalam obat milik bundanya terdapat kandungan obat tidur yang berhasil membuat bundanya tidur dengan lelap itu. "Tidak apa-apa, Ibra ada di samping bunda." Kata Ibra seraya mengusap keringat yang ada di dahi bundanya. Baru juga Ibra menyingkirkan tangannya, Ibra terkejut saat melihat bundanya yang mual-mual dengan matanya yang terbuka dan terlihat sangat lelah. Pada akhirnya Ibra hanya bisa membiarkan bundanya memuntahkan cairan bening dan membiarkan bundanya tidur lagi. Melihat hal itu, tentu saja Ibra langsung berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air dan juga kain untuk membersihkan muntahan bundanya. "Ayah pasti juga sering seperti ini kan bund? Untuk itu dia terus meminta Ibra untuk tidak membuat bunda kelelahan." Tanya Ibra seraya mengusapkan kain basahnya ke atas ranjang yang terkena muntahan bundanya. "Ibra benar-benar minta maaf jika sudah menyusahkan bunda selama ini, jika saja Ibra tahu bunda sering mengalami hal seperti ini, Ibra pasti akan lebih sering mendengarkan apa yang dikatakan oleh ayah dan belajar lebih giat lagi agar tidak membuat bunda khawatir tentang Ibra." Lanjut Ibra dengan tangisnya yang lagi-lagi keluar. Setelah selesai membersihkan tempat yang kotor, Ibra pun kembali ke kamar mandi dan mencuci kain dan juga tangannya, setelah itu Ibra naik ke atas ranjang dan tidur di samping bundanya dengan air mata yang terus keluar. Ibra terus menatap ke arah bundanya yang tidur dengan tidak nyaman itu. "Ibra akan menemani bunda sampai ayah kembali, tidak apa-apa jika ayah tidak kembali, Ibra akan terus bersama bunda, jadi bunda harus baik-baik saja." Kata Ibra lagi seraya mengusap keringat bundanya lagi dengan tangan kecilnya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN