lima

1009 Kata
Tasya langsung saja keluar dari rumah saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Melihat menantunya yang baru saja turun dari mobil membuat Tasya berlari dan langsung memeluk menantunya dengan erat. Tasya benar-benar khawatir jika menantunya sudah mendapatkan kabar itu lebih dulu daripada dirinya. "Tidak apa-apa, jangan khawatirkan apapun." Kata Tasya tiba-tiba. Starla yang mendengarnya tentu saja hanya diam, Starla tidak tahu harus mengatakan apa saat ini, karena Starla tidak tahu apa yang membuat mamanya begitu khawatir hari ini. Starla tidak ingin mempercayai apapun yang ia dengar hari ini. "Apa yang terjadi ma?" Tanya Starla memberanikan diri. Tasya yang mendengarnya pun langsung terdiam, tubuhnya bergetar hebat karena tangisnya yang tiba-tiba saja menjadi. "Ma, apa yang terjadi?" Tanya Starla melepaskan pelukannya dan menatap ke arah mama mertuanya itu dengan mata berkaca-kaca. "Gibran anak kuat, dia pasti tidak akan kenapa-napa, kamu jangan khawatir ya." Jawab Tasya yang langsung saja membuat Starla lemas saat mendengarnya. Dengan langkah pelan, Starla pun berjalan masuk ke dalam rumah dan meninggalkan mama mertuanya dan juga Ares di luar sendirian. Rasanya Starla butuh sendirian untuk menenangkan hatinya "Ares, tolong bantu awasi terus ya kabar terbarunya." Pinta Tasya dengan suara seraknya. Ares pun hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya, menunjukkan rasa hormatnya pada Tasya yang selama ini juga memperlakukan dirinya dengan sangat baik. Starla masuk ke dalam rumah, langkahnya terhenti saat mendengar suara televisi yang terdengar nyaring itu. Dengan langkah pelan, Starla berjalan mendekati ruang tengah dan melihat layar tv yang menayangkan tayangan berita hari ini. Starla mengambil remote tv dan mulai mengubah chanel tv yang berbeda, tapi hampir semua tv menampilkan berita yang sama, untuk itu Starla hanya bisa lemas saat melihatnya, seolah-olah harapan yang ada di dalam hatinya hilang seketika. Harapan jika apa yang ia dengar hari ini hanyalah berita palsu dan bukan kenyataan yang harus ia terima. "Mbak," panggil pembantu rumah tangga di rumah itu saat melihat Starla yang hanya diam dengan mata berkaca-kaca. "Apa belum ditemukan?" Tanya Starla pelan. "Belum, beritanya baru saja keluar. Untuk itu tadi nyonya langsung menelpon anda dan menanyakan keberadaan anda." Jawab prt yang hanya dijawabi anggukan oleh Starla. Starla pun langsung pergi meninggalkan ruang tengah dan berjalan ke arah kamarnya. Tasya yang baru saja kembali masuk tentu saja langsung mencari keberadaan menantunya. Dirinya sedih dan juga takut, tapi saat ini dirinya masih harus mengkhawatirkan menantunya yang saat ini memiliki sakit yang mengkhawatirkan. "Kemana Starla bi?" Tanya Tasya pada pembantu rumah tangganya yang masih berdiri di depan telivisi. "Mbak Starla baru saja pergi nya, mungkin ke kamarnya. Dia terlihat sangat sedih." Jawab prt itu yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tasya. Dengan langkah tergesa, Tasya pun langsung pergi meninggalkan ruangan tengah dan naik ke lantai dua untuk mendatangi kamar putranya dan juga menantunya. Tasya mengetuk pintu itu berkali-kali, namun tidak ada yang membukanya. Bahkan suaranya pun tidak terdengar. "Starla, buka pintunya." Pinta Tasya dengan suara pelan. Di dalam kamar Starla yang duduk di atas ranjang dan menatap ke arah foto pernikahannya yang ada di atas nakas. Di sebelahnya, ada foto dirinya, Ibra dan juga suaminya. Saat ini Starla tidak tahu harus bagaimana. Jelas-jelas dirinya baru saja melihat suaminya baik-baik saja, tapi apa yang ia dengar sekarang? Apakah suaminya akan pergi dengan cara seperti itu? Bahkan dia belum mendengar kata cinta yang ingin ia katakan. Air mata Starla tiba-tiba saja keluar, tangannya bergerak mengambil foto pernikahannya dan mendekapnya dengan erat. Starla benar-benar tidak tahu jika ini semua akan terjadi, jika dirinya tahu dirinya pasti akan melarang suaminya pergi. Starla tahu, suaminya pasti akan tetap tinggal meskipun saat dirinya meminta, Starla benar-benar benci pada dirinya sendiri yang tidak bisa mengatakan hal itu hanya karena takut membebani suaminya. Di luar kamar, Tasya masih terus mencoba untuk membuka pintu kamar menantunya itu. Bagaimanapun juga Tasya tahu bagaimana perasaan Starla saat ini. Selama ini Gibran terus menjaga menantunya dengan baik, untuk itu pasti sangat berat untuk dirinya yang tiba-tiba saja mendapatkan kabar seperti ini. "Starla, buka pintunya sayang. Tidak akan terjadi apa-apa sama Gibran." Kata Tasya yang langsung saja membuat Starla berdiri saat mendengarnya. Dengan langkah pelan, Starla pun berjalan ke arah pintu dan langsung saja memeluk mertuanya setelah berhasil membuka pintunya. Tubuhnya terasa lemas dan juga sakit. Detak jantungnya terdengar sangat cepat, dan Tasya khawatir akan hal itu. Hingga pada akhirnya dirinya benar-benar melihat menantunya limbung dalam pelukannya. Tasya berteriak, memanggil semua orang untuk membantunya. Tidak boleh terjadi sesuatu pada menantunya, tidak boleh. Apapun itu, tidak boleh. Bagaimanapun keadaan Gibran saat ini, dirinya tetap tidak boleh membiarkan menantunya kenapa-napa, karena menantunya lah yang sudah membuat putranya berubah dengan sangat baik sampai sekarang ini. Semua orang yang ada di rumah tentu saja berbondong-bondong lari ke lantai dua dan ikut khawatir saat melihat Starla jatuh pingsan ke dalam pelukan Tasya. Mereka panik sampai-sampai tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka semua tahu jika Starla sakit, tapi ini ada kabar buruk yang terjadi secara tiba-tiba, jadi wajar jika sakitnya akan kambuh. "Bi, tolong bantu saya memindahkan ke kamar." Pinta Tasya yang langsung saja dituruti oleh pembantu rumah tangganya. Tasya mencoba untuk mengecek napas Starla dan merasa lega karena menantunya masih bernapas. Tasya benar-benar takut jika terjadi sesuatu dengan menantunya itu. Dengan kondisi menantunya saat ini, tentu saja Tasya takut jika tiba-tiba jantung menantunya berhenti berfungsi karena terkejut, dan Tasya sangat bersyukur karena menantunya mampu mengendalikan dirinya dengan baik. "Tolong minta pak supir untuk bersiap ya, kita akan membawa Starla ke rumah sakit." Pinta Tasya pada pembantu rumah tangganya. "Baik nya." Jawabnya yang langsung saja berlari untuk menjalankan perintah yang diberikan oleh nyonyanya. Tasya terus mencoba untuk membangunkan menantunya dengan menepuk pelan pipi Starla. Tasya khawatir, tapi dirinya lebih memilih untuk tenang agar tidak membuat semua orang ikut khawatir. "Sayang, bangun. Jangan buat mama takut nak, kamu harus kuat. Ingat, kamu masih punya Ibra." Kata Tasya dengan suara pelan. Semua itu tidak bereaksi apapun, Tasya yang melihatnya tentu saja tidak berhenti khawatir. Semua ini terjadi dengan tiba-tiba dan dirinya juga sangat terkejut. Dirinya tidak bisa terpuruk karena ada Starla dan juga Ibra yang harus ia perhatikan. Dirinya tidak boleh kehilangan lagi, dan putranya juga harus baik-baik saja. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN