Kalvin mengemudi dengan penuh amarah, teringat dengan percakapannya dengan Aruna di rumah tadi. Yang mana, neneknya itu seolah mengingatkan tentang perjanjian mereka. Aruna bilang akan melepaskan perhatiannya dari Via dan juga Zayda dan membiarkan keduanya hidup tenang, jika Kalvin mau menuruti semua peraturan yang dibuatnya. Membayangkan kembali tentang ibunya, sedikit banyak Kalvin merasa kekesalannya berkurang, dia tak ingin melihat Via menderita lagi. Ketika itu ponsel miliknya berdering, dia mengerutkan keningnya melihat nama Khafi tertera di layar. "Khafi? Ada apa dia menelepon?" gumamnya seraya mengurutkan kening, meski begitu dia pun segera mengangkat teleponnya. "Ya, ada apa, Khaf?" sahutnya. "Vin, lu cepetan ke sini, deh. Qirani pingsan!" Mata Kalvin pun langsung terbelalak