Di hari sebelumnya, Kalvin sengaja datang ke kediaman Mahajaya untuk memastikan jika gadisnya dalam keadaan baik. Dia membawa bingkisan berupa bunga, berisikan kartu nama dan obat-obatan. Rasanya aneh, ini pertama kalinya dia melakukan ini untuk seorang gadis, pria muda itu tak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan mengemudi menuju ke sana. Dengan jantung berdebar dan senyuman lebar di wajahnya, Kalvin menekan bel pintu rumah besar megah itu, setelah sebelumnya dipersilakan masuk oleh sekuriti di gerbang sana. "Tenanglah, Kalvin! Kamu bukan mau melamar dia—yah, seandainya itu terjadi, tapi tidak hari ini!" gumamnya terkekeh pelan, sekedar untuk menenangkan dirinya. Entah kenapa hatinya merasa tidak tenang ketika melihat bangunan rumah megah dan mewah ini. Pintu besar berukir yang tin