Ryan berkendara dengan penuh amarah, yang dia tak tahu ke mana dia akan melampiaskannya. Terlalu banyak hal yang membuatnya marah, termasuk pada dirinya sendiri. Mengemudi dengan perasaan tak menentu membuatnya tidak fokus melihat ke jalanan sana, dan dia hampir saja menabrak seseorang yang hendak menyebrang. "Astaga!" desahnya lemas. Ryan memejamkan mata mengabaikan caci maki orang-orang yang menggebrak mobilnya. Beruntungnya dia sempat menginjak rem dan menghindari kejadian mengerikan yang bisa saja membuat dirinya terlibat dalam masalah pelik lainnya. Setelah menenangkan diri, Ryan pun melanjutkan perjalanannya. Kali ini dengan lebih tenang, dia melajukan mobilnya dengan konsentrasi penuh. Sedikit banyak itu membuat pikirannya teralihkan dari apa yang membuatnya kalut. "Andai saja