Ryan memasuki kamar Zayda yang mana sebelumnya ternyata tak dikunci, itu artinya putrinya itu benar-benar marah dan tak mengingat apapun lagi ketika memutuskan untuk pergi. Bahkan sepatunya masih berjajar rapi di rak tanpa ada satu pun yang kosong. "Dia bahkan enggak pakai sepatu. Ya Tuhan, ke mana kamu, Nak!" desah Ryan, rasa cemas seketika menghantuinya, takut terjadi hal yang tak diinginkan. Alena muncul di ambang pintu, dia langsung menangis melihat kamar Zayda. Ryan segera mengajaknya untuk duduk dan menenangkannya. "Kita akan menemukan dia!" ucapnya sambil memeluk Alena. Alena hanya terisak dan mengangguk mengiyakan. Mereka lalu bekerja sama mencari barang-barang yang sekiranya bisa dijadikan petunjuk kemana Zayda pergi. "Ponselnya!" seru Alena gembira, tangannya mengacungkan p