Nisa sedang mengoleskan obat merah ke luka-luka di wajahku. Aku meringis kesakitan sesekali. Nisa cuma mencibir ke arahku. Tapi aku bahagia, karena aku bisa melihat kelegaan dari tatapan mata gadisku. Abah? Dia di ruang depan dengan tetangga-tetanggaku. Gara-gara keributan tadi, banyak tetanggaku yang datang termasuk ketua RT dan perangkatnya. Setelah Abah menceritakan semua alasan dia menghajarku, tetanggaku masih disini dan mereka sedang mengobrol di ruang tamu rumahku. Zahra yang melayani mereka dan sesekali ke belakang untuk membuatkan minuman untuk tamu-tamu tak diundang yang sekarang memenuhi rumahku. Dia hanya melirik ke arah kami berdua sekilas. Malam makin larut dan tetangga mulai undur diri satu persatu hanya Pak RT dan Mas Hendro yang tersisa. Zahra masuk ke belakang, "Dek,