Suara desahan panjang Nisa tertahan oleh tangan yang menutupi mulutnya tapi masih terdengar keras saat adekku berhasil masuk ke mahkota Nisa yang terasa memijat-mijat senjataku lembut. Nisa lalu menggunakan satu tangannya berpegangan ke tiang kayu dan satu tangannya lagi menutupi mulutnya. Aku memegangi pinggang Nisa yang padat dan berisi tapi sama sekali tidak mengayunkan tubuhku atau bergerak maju mundur. Aku sedang merasakan pijatan lembut mahkota Nisa yang rapat dan terasa mencengkeram tubuhku. Setelah kami berada dalam posisi itu selama beberapa menit dan tubuh kami sudah terbiasa dengan kehadiran masing-masing, Nisa melirik ke belakang dengan tatapan memohon, tentu saja bukan memohon untuk berhenti, tapi memohon agar segera dipuaskan. Sebagai kekasih dan calon suami yang baik, ten