Sepulang dari warung nasgor si Erwin kami berdua menjadi bersikap agak aneh dan lain dari biasanya. Aku juga nggak tahu sebabnya. Si Nisa pun sama. Tapi kami berdua tahu sesuatu sudah berubah antara kami. Saat aku dengan serius mengatakan kalau aku menerima Nisa jadi calon istriku tadi, kami tahu kalau kami lebih dari sekedar pacar sekarang. "Mas," panggil si Nisa pelan dan mesra sekali saat kami turun dari motor dan mau masuk ke rumahku. "Eh," anjirrr, si Nisa manggil Mas. Dan aku tahu kenapa dia gitu. Soalnya aku langsung teringat si Ira dan cara manggilnya. Sama persis dengan si Nisa sekarang. Aku agak gimana gitu ngedenger si Manis yang biasanya manggil An tahu-tahu ngerubah panggilannya. "Napa?" tanyaku. "Mas serius kan tadi? Nggak lagi ngegombal Annisa kan?" tanyanya. "Tadi