Setelah petualangan kami usai, kami berdua merebahkan diri dan saling berpelukan. Aku mencium kening Nisa dan memeluknya. Tubuhnya yang hangat dan berkeringat tak menjadi masalah buatku. "Mas sudah keluar?" bisik Nisa pelan setelah napas kami mulai kembali normal. Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban. "Di dalam?" bisiknya lagi. Aku diam dan dia tahu maksudnya. "Kok nekat banget sih?" tanya Nisa sambil mendekat dan mencium pipiku. "Kalau Annisa hamil gimana?" lanjutnya. "Kamu nggak mau?" tanyaku. "Ya mau lah. Siapa juga yang nolak?" katanya, "tapi Nisa barusan dapet sih, coba kalau dua minggu lagi," lanjutnya dengan nada sedikit menyesal. Aku menarik napas dalam. Kemarin si Putri pengen menjebakku, tapi aku belum siap. Sekarang giliran aku sudah siap mental, si Nisa malah ya