"Ahh, sakit, Pak! Pelan-pelan," Aku merintih. Sumpah ini sakit sekali. "Iya, Sayang. Aku sudah sangat pelan. Kamu yang sabar ya? Sebentar lagi," Pak Adit masih terus berusaha. Mungkin karena ini juga yang pertama kalinya, jadi Pak Adit tak bisa bergerak cepat. Iya, tadi tuh Pak Adit terus mencumbuku. Bahkan bekas gigitannya yang belum hilang di leherku malah ia tambah. Pak Adit menghisap dadaku. Nafas kami memburu. Pak Adit menyentuh bagian paling sensitif dari tubuhku. Mulut panasnya berhasil membangunkan seluruh saraf hasratku. Tanpa membuang waktu, Pak Adit menggendong tubuhku dengan tergesa. Tiba-tiba... Bruk!! Prang! Entah kakinya tersandung apa, tubuh Pak Adit oleng dan menabrak pas bunga yang ada di pojok tangga. Alhasil kami jatuh. Sialnya kakiku terkena serpihan pas bunga h