Sumpah ya, ini benar-benar melenceng dari perkiraan BMKG. Bukan apa sih, tapi masih kaget dan belum terbiasa saja. Orang angker berubah dengan sangat tiba-tiba itu aneh sekali. Duduk bertiga di meja makan begini membuatku sangat canggung. Aku gak suka keadaan begini. Alhasil, aku segera membereskan piring dan memilih untuk ke dapur untuk cuci piring. Kudengar Pak Adit dan emaknya lanjut ngobrol. Mereka membicarakan tentang pertunangan kami. Sumpah, masih berasa kayak mimpi. Berkali-kali aku mencubit pipiku. Sakit sih. Berarti ini nyata. "Sani, kemarilah!" Bu Rahma memanggilku. Aku tersenyum kikuk lalu menghampirinya. "Ada apa, Bu?" "Duduklah. Ada hal yang ingin saya tanyakan." Aku mengangguk lalu duduk kembali seperti tadi. Ya, kami belum beranjak dari meja makan. "Apa kamu masih