"Sayang, ayolah, aku kangen!" Pak Adit masih merajuk. Aku melirik si Soni. Berengsek tuh anak, bukannya pergi ke luar malah sengaja jongkok di dapur dan menyeruput teh manisnya. "Nanti aja ya? Janji deh pasti saya gak lupa." "Nanti kapan? Paling kamu menghindar lagi." Aku makin gak enak. Si Unyil Soni malah batuk-batuk gak jelas. "Uhuk, aduh seret amat tenggorokan." Soni sangklek. "Lo kenapa, Son?" tanyaku. Malu dan kesal juga sih. Dua pria yang membuatku dalam posisi gak enak. "Gak apa-apa, kok. Lanjut aja, jangan sungkan. Gue bisa jadi temennya tembok di sini. Gak lihat dan janji gak ganggu kalian." Si anjir! Digituin malah makin gak enak. Ini lagi bayi besar masih merajuk aja. Aku memastikan si Soni masih membelakangi kami. Lalu mengecup singkat pipi Pak Adit. "Sudah ya," bisi