Percaya?

1067 Kata

Aku kira setelah tunangan keadaan akan makin membaik. Apalagi gunung es si Rumah Angker sudah mencair. Satu-satunya hal yang paling aku takutkan saat memutuskan untuk tetap bertahan dengan Pak Adit. Tapi nyatanya masalah bukan datang dari calon mertuaku, melainkan dari Pak Adit sendiri. Bayangkan saja, aku mengirimnya pesan dari jam dua siang. Dan sekarang sudah masuk malam, pesan dariku belum juga ia balas. Jangankan dibalas, dibaca aja tidak. Hanya centang dua berwarna abu sejak siang tadi. Kesal? Tentu saja. Tapi mau bagaimana lagi. Mau marah tapi pada siapa coba? Di sini gak ada orang. Masa marah sama tembok? Huft, bagaimana caranya aku menghilangkan rasa kesal yang bikin nyesek ini ya? Setidaknya kasih kabar kek, atau baca kek, ini malah dikacangin seperti ini. Sue! Aku beringsut

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN