Eling, Pak!

1102 Kata

Wangi nafas Pak Adit menyebar ke seluruh wajah. Kadang heran dengan pria satu ini, bau nafasnya sangat khas. Wangi dan bikin candu, sumpah! Andai saja emaknya gak sehoror rumah Belanda, pasti aku rela berjuang dapatin dia. "Pak, tolong mundur dikit!" Aku mendorong dadanya dengan telunjukku. "Baik, asal kamu juga maju." Dia menjawab dengan suara parau. "Saya lapar, Pak!" "Kamu lapar?" Ia merengut dan sedikit memundurkan wajahnya. Huft, akhirnya aku terlepas dari godaan ternikmat yang menyesatkan. "Tentu saja. Kan tadi pestanya berantakan. Saya belum sempat makan siang, malah pestanya sudah bubar lebih dulu." "Kalau kamu lapar, harusnya bilang dari tadi. Kita cari makan sebelum ke sini." "Eh, tapi tadi Mbok Muti bilang mau siapin makan siang buat kita lho, Pak?" Mataku berbinar. Ema

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN