Memang Nakal!

1030 Kata

Pak Adit selalu berhasil membuatku tersipu. Saat bersamanya, aku merasa menjadi wanita yang sangat berharga. Ia memperlakukan aku dengan sangat istimewa. Seperti saat ini, Pak Adit masih menatapku lembut. "Aku sangat mencintaimu, Sani." Aku yakin, pipiku pasti memerah saat ini. Aku hanya bisa mengangguk karena malu. Iya, Pak Adit dari tadi terus menatapku. "Jawab, Sayang," bisiknya tanpa melepaskan pandangannya dariku. "Mas sudah tahu jawabannya," jawabku pelan. Ia tersenyum, "Aku ingin mendengarnya lagi, Sayang." Aku menunduk malu, "Mas, aku malu. Kamu menatapku terus." Pak Adit tersenyum dan mengangkat daguku. "Aku suka melihat wajahmu. Apalagi saat pipimu merona seperti ini. Manis sekali." "Mas, jangan menggodaku, aku malu." Pak Adit masih memegang daguku. Ia tersenyum manis.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN