Hanya butuh dua nada sambung sampai Damien mengangkat panggilan dari Lucien. “Lucien, my man. You either need alcohol or alibi. Which is it?” Lucien menatap lurus ke jendela kaca penthouse. “Kursi pesawat. Sekarang.” “Hah? Lo ga salah malem-malem gini?” “Stella, dia terbang malam ini pulang ke Jakarta. Gue perlu tahu nomor penerbangan, maskapai, kelas... semuanya. Lo bisa cari, kan?” Terdengar suara Damien menghela napas panjang, lalu bergumam pelan. “Tentu aja bisa. Lo beruntung gue masih punya utang soal kejadian di Monaco waktu itu.” Lucien menekan bibirnya. Matanya tajam, langkahnya mulai berjalan menyusuri sisi ruangan. “Kalau bisa, Damien ... Gue mau duduk di dekat dia.” Damien langsung terdengar lebih serius. “Lo berdua kenapa lagi sih?” “Panjang ceritanya, intinya dia ngga

