CLARET ROOM , SIANG ITU. Claret Room, yang tadinya hanya diisi oleh suara sandal mewah Damien yang menyeret malas di atas lantai marmer, kini terasa … berbeda. Pintu otomatis terbuka. Damien, yang semula rebahan di sofa panjang sambil memainkan ponselnya, menoleh dengan satu alis terangkat. Pandangannya langsung tertuju ke arah pintu. Lucien masuk lebih dulu. Posturnya tegak sempurna, jasnya tersampir rapi di satu lengan, seperti tidak ada satu helai rambut pun yang berani bergerak sembarangan di hadapannya. Tak satu pun orang akan menduga adegan panas apa yang baru saja terjadi dua puluh menit sebelumnya. Dan kemudian … langkah itu terdengar. Tenang. Berbunyi ritmis di atas marmer. Perempuan itu muncul dari balik bahunya. Rambut hitamnya bergelombang lembut, seperti diciptakan untuk

