"Ya, halo. Ada apa? Aku sedang keluar dengan temanku sekarang." Gavin menaruh kembali gelas yang akan diminumnya ke meja.
Suara dari seberang telepon kemudian terdengar lebih lirih daripada sebelumnya. "Ada ibuku di sini. Adikku ketipu online. Tunaikan tugasmu dengan baik sekarang. Tolong datang ke rumahku. Aku tunggu." Hana kemudian mematikan panggilan.
Padahal Gavin masih ingin bicara dan bertanya padanya. Tapi sudah terdengar saja nada telepon terputus. "Hey! Tidak bisakah itu besok? Lalu apa urusannya aku dengan adikmu?"
Gavin menaruh kembali ponsel ke balik saku baju. Sekarang dia mengambil gelas yang ada di meja. Isinya tinggal separuh dan sekalian dia habiskan.
"Kamu mau pergi sekarang?" tanya kurir yang duduk di samping Gavin.
"Ya, sepertinya aku harus keluar dulu." Gavin beranjak dari duduknya. Adakah pilihan baginya untuk menolak panggilan dari Hana?
Bagaimanapun dia sudah terikat perjanjian dengan wanita itu sebagai kekasih bayaran yang bangunnya tugas melaksanakan apa saja yang diminta oleh Hana meski dia tidak mau. Salah dia juga sudah menerima p********n di awal. Sekarang rasanya hidupnya terasa semakin penuh dengan warna masalah. Tak hanya masalahnya saja yang harus dia atasi, tapi juga masalah Hana dan keluarganya.
"Baiklah, sampai ketemu lain waktu," balas kurir teman Gavin.
Gavin pun keluar dari kafe lalu melaju motor menuju ke kontrakan Hana. Dia terus berpikir di jalan sebenarnya masalah apa yang kini harus melibatkan dirinya? Hana bilang ada ibunya tadi, itu artinya wanita yang pernah dia temui beberapa hari yang lalu saat mengantar paket. Wanita itu yang sebelumnya membuat dirinya terjebak dalam masalah ini. Semoga saja kali ini dia tidak sial kembali.
Motor Gavin berhenti di depan kontrakan Hana. Sebenarnya dia lelah setelah seharian mengantar paket dan ingin segera pulang, beristirahat. Tapi side job nya pada Hana membuatnya berada di sini kembali. Dengan malas dia menekan bel pintu.
Pintu terbuka lebar.
"Kamu sudah datang, buruan masuk." Bukan Hana yang menyambut kedatangan Gavin, melainkan ibunya Hana. Dan ini merupakan suatu kejutan bagi Gavin. Baru kali ini dia datang dan ditunggu oleh orang tua seorang wanita. Sebelumnya dia tidak pernah ditunggu.
"Halo, Tante." Gavin pun membuat senyum tipis di wajahnya dengan paksa. Bagaimanapun juga dia harus menjalankan perannya di sini dengan baik, meski hatinya berkata lain.
"Masuk."
Gavin memberikan anggukan sebagai respons lalu masuk.
Di dalam sana ada Hana yang duduk di sofa. Dia pun mengambil duduk di samping Hana, meski membuat jarak dengannya.
Ibunya Hana kemudian duduk di depan mereka berdua, memberikan tatapan intens pada Gavin.
"Kamu ... putriku sedang kena masalah. Dia kena tipu online. Uangnya hilang 7 juta. Apa kamu bisa membantu mengembalikan uangnya?"
Gavin mengangkat kedua alis bingung. Baru duduk sudah langsung disuguhi dengan masalah berat yang dia tidak tahu kronologisnya seperti apa. Dia tidak siapa outri yang dimaksud itu, apakah itu Hana? Tapi bila Hana kenapa dia tidak bilang langsung sendiri padanya?
"Kasus penipuannya seperti apa Tante, apa bisa beritahukan padaku?"
"Aku sendiri tidak tahu seperti apa kronologis kejadiannya. Jika begitu aku akan panggil dia saja kemari biar dijelaskan sendiri nanti seperti apa."
Barulah Gavin tahu ternyata yang kena masalah bukan Hana tapi putrinya yang lain. Dia juga baru tahu kalau Hana punya saudara.
Ibunya Hana kemudian mengambil ponsel lalu menghubungi nomor Anggrek. Hanya beberapa menit saja dia bicara lalu mematikan kembali telepon.
Terdengar suara denting bel berapa menit setelahnya.
"Biar aku saja yang buka." Hana berdiri tanpa diminta lalu gegas menuju ke pintu.
Ketika pintu terbuka terlihat Anggrek yang berdiri menatap motor Gavin. Jujur, dia penasaran kenapa ada motor paket di depan? Padahal biasanya kalau pengirim paket sebentar datang, tidak sampai parkir lama.
"Anggrek, masuk. Ibu sudah menunggumu."
"Kak, ada motor kurir di depan milik siapa?"
"Itu ... milik Gavin. Masuk dulu."
"Gavin siapa?"
"Sudahlah, nanti kamu juga akan tahu sendiri." Daripada menjelaskan pada adiknya, Hana lebih memilih untuk menarik tangan Anggrek dan membawanya masuk ke rumah.
Adiknya Hana ini kemudian duduk di samping ibunya. Dia menatap bingung seorang pria yang kini duduk di samping Hana. Siapa dia?
Sejenak tatapan Anggrek dan Gavin beradu. Dia baru tahu adik nya Hana. Mereka adik kakak terlihat berbeda. Anggrek rambutnya pendek keriting, sedangkan Hana ikal. Dari penampilan juga Anggrek terlihat lebih lembut daripada Hana.
"Sekarang ceritakan pada Gavin kronologis kejadian kamu ketipu online. Dia yang akan membantumu," papar sang ibu menjelaskan.
Anggrek tentu tidak tahu siapa sebenarnya Gavin dan makin penasaran saja.
"Mas Gavin?" Hana terlihat keningnya berkerut menatap sang ibu.
"Astaga! Ibu sampai lupa belum memperkenalkanmu dengannya. Dia adalah teman dekat kakakmu yang baru. Dalam waktu dekat mereka akan segera menikah."
Hana yang mendengar itu langsung tersedak saat minum teh yang ada di meja. Sedangkan Anggrek kembali menatap Gavin. Barulah dia tahu siapa pria itu. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi keadaan sepertinya tidak memungkinkan. Sekarang yang disorot oleh ibunya adalah dia bukan Hana.
Anggrek pun kemudian memberitahukan kronologis kejadiannya seperti apa pada Gavin, meski dia sendiri kurang yakin apakah pria itu bisa membantu?
Hana kemudian menjelaskan bila dia awalnya deposit saldo untuk tanam modal di sebuah aplikasi. Awalnya dia untung selalu menambah deposit saldo. Saat akan menarik saldonya kembali saldo itu tiba-tiba hilang.
Gavin menghela napas berat. Dia tidak yakin bisa membantu masalah penipuan ini karena biasanya banyak kejadian penipuan online susah diatasi bahkan polisi pun angkat tangan, tapi akan dia coba.
"Boleh aku pinjam ponselmu dan tunjukkan aplikasinya padaku?" pinta Gavin pelan di tengah rasa lelahnya.
"Ya, tentu, Mas." Anggrek kemudian menyerahkan ponselnya dan menunjukkan pada Gavin aplikasi penyedot uangnya.
Gavin meminjam sebentar ponsel Anggrek. Dia masuk ke aplikasi. Dia mengutak-atik aplikasi dan dia lihat uang Anggrek belum sampai ke tangan penipu, tapi masih nyangkut di aplikasi. Berbekal pengalaman IT di bangku kuliah dulu beberapa tahun silam, membuatnya bisa membobol aplikasi bodong ini.
"Kamu beruntung, saldo bisa ketarik kembali. Saranku cepat amankan saldo ini tarik cash sekalian daripada nanti terdeteksi dan diambil lagi oleh penipunya." Gavin mengembalikan ponsel Anggrek.
Terserah di layar bila saldo Anggrek kembali ke rekeningnya. Tak hanya dia yang terkejut, ibunya dan Hana itu terkejut dengan kemampuan Gavin yang notabene seorang kurir biasa namun punya kemampuan sekelas lulusan IT.
"Saldoku kembali. Ini benar-benar ajaib," girang Anggrek berteriak. "Mas Gavin terima kasih sudah membantuku. Aku akan ke ATM sekarang. Aku akan mentraktirmu dan Mbak Hana nanti." Anggrek beranjak dari duduknya. Dia Kemudian berpamitan pada ibunya untuk keluar sebentar.
"Dasar anak ini!" gumam sang Ibu lirih setelah kepergian Anggrek. Setelah dibantu langsung cepat pergi, seperti tidak punya sopan santun saja.
Kini ibu Hana mengunci tatapannya pada Gavin. Dalam hati dia memuji kemampuan gabin yang rupanya bisa diandalkan meski dia hanya seorang kurir.
'Kamu lolos ujian sebagai calon menantu meski kamu hanya seorang kurir.'
"Gavin, kamu sudah membantu Anggrek. Terima kasih ya." Ibunya Hana tersenyum penuh arti.
"Ya, Tante, sama-sama."
Mereka berdua kemudian mengobrol selama beberapa saat hingga akhirnya Gavin pamit. Jujur, dia lelah dan ingin beristirahat. Sekarang rasa lelahnya seolah bertambah.
"Hana, kamu antar Gavin ke depan," pinta ibunya.
Tanpa menjawab hanya kemudian beranjak dari duduknya lalu mengikuti Kevin berjalan menuju ke pintu. Di luar rumah mereka berdua bertemu kembali dengan Anggrek yang baru saja datang.
"Mas Gavin, mau balik sekarang? Padahal aku mau metraktir kalian berdua. Itung-itung sebagai kenalan juga."
"Tak perlu mentraktir. Lain waktu saja, aku masih ada urusan sekarang," tolak Gavin dengan wajah menahan lelah.
Anggrek pun tak bisa memaksa dengan penolakan Gavin. Sekali lagi dia berterima kasih sebelum pria itu melaju motornya.
Hana dan Anggrek masuk bersama ke rumah. Ibunya Hana kemudian memberikan pengarahan panjang lebar pada Anggrek, entah sampai berapa menit lamanya. Setelahnya dia ganti menatap Hana.
"Hana, sebaiknya kamu segera cari tanggal pernikahan bulan depan."
Hana syok dalam diam mendengar permintaan dadakan ibunya.