Mereka tiba di mansion dalam keheningan. Langkah kaki Juan terdengar berat di marmer yang dingin. Ia menahan napas pelan, tangan kirinya menekan d**a yang masih terasa perih, sementara tangan satunya menggenggam erat sisi jaket yang ternoda darah kering. “Tuan, hati-hati,” ujar Alicia lembut dari belakang, langkahnya cepat untuk menyesuaikan jarak. Namun Juan tak menjawab. Ia terus berjalan lurus, berusaha mengabaikan suara lembut itu yang justru makin membuat pikirannya kacau. Bayangan tentang sentuhan jari-jari Alicia tadi masih melekat jelas di benaknya — hangat, halus, dan terlalu nyata. Ia harus menjauh. Sebelum sesuatu yang tidak seharusnya terjadi benar-benar terjadi. Saat melewati gerbang masuk utama, Juan berpapasan dengan Ana. “Tuan Juan, kenapa? Anda terluka?” tanya Ana pan

