5, Perang dimulai

1218 Kata
“Kenalkan, namaku Zack! Aku anaknya,” ujar pria muda itu sambil menunjuk ke arah Juan. Dengan langkah santai, ia menghampiri Alicia lalu mengulurkan tangan. Senyumnya nakal, sementara sorot matanya seolah ingin menelanjangi setiap inci tubuh Alicia. Alicia merasa risih, namun ia tahu sejak tadi Juan terus memperhatikannya. Karena sedang bersandiwara seolah kehilangan ingatan, ia buru-buru bersembunyi di balik tubuh Ana. “Ibu!” panggil Alicia, seolah mencari perlindungan. Ana sebelumnya memang sudah membohongi Alicia dengan mengaku sebagai ibu angkatnya sesuai rencana Juan. “Ibumu?” Zack menaikkan alis, menatap bergantian antara Ana dan Alicia dengan penuh selidik. Hati Alicia bergejolak. Nilai Juan di matanya semakin merosot. Bagaimana mungkin seorang pria sekelas Juan membiarkan anaknya bersikap begitu kurang ajar pada tamu? Walau pun Ana hanya akan dijadikan kepala pelayan di mansion itu, seharusnya anak seorang pemilik rumah besar tidak berlaku demikian. Perlahan, Alicia mulai bisa menebak. Perempuan anggun yang sejak tadi berdiri dengan sikap tenang itu mungkin adalah istri Juan, ibu dari Zack. Wajah mereka memiliki kemiripan yang jelas. Namun tatapan perempuan itu sama sekali tidak hangat. Sejak awal, matanya selalu menyorot penuh curiga setiap kali pandangannya jatuh pada Alicia. Apalagi sejak tadi dia melihat Juan yang terus saja memperhatikan Alicia. Akhirnya, perempuan anggun itu bersuara. Tatapannya tajam menusuk ke arah Juan. “Ini siapa? Untuk apa kamu membawa mereka ke mansion kita?” tanyanya dengan nada ketus, jelas tidak bersahabat. Juan mengeraskan rahangnya, lalu menoleh dengan sinis. “Aku mau membawa siapa pun, apa perlu izinmu, Nelly?” balasnya dingin. “Kau…!” seru Nelly, matanya membara oleh amarah. Namun sebelum ketegangan itu mereda, Zack justru menimpali dengan senyum tengilnya. “Mungkin Ayah memang mau memberikan perempuan ini padaku, Bu. Lumayan kan, bisa jadi gundikku.” Alicia seketika merinding mendengar ucapan Zack. Bulu kuduknya berdiri, wajahnya menegang. Dalam hati ia bertanya-tanya, sebenarnya keluarga macam apa yang sedang ia hadapi ini? “Zack!” suara Juan tiba-tiba menggelegar, penuh amarah. Tatapannya menusuk ke arah putranya. “Jaga ucapanmu! Jangan pernah berani bicara seperti itu di depanku lagi.” Ruangan seketika hening. Senyum tengil Zack memudar, sementara Nelly justru makin tajam menatap Juan, seolah menemukan alasan baru untuk melampiaskan rasa curiganya. Nelly melangkah mendekat, sorot matanya menusuk penuh ancaman. “Apa hubunganmu dengan perempuan ini, Juan? Kau semakin semena-mena sejak Ayah tiada! Apa kau mau aku menghilangkan perempuan ini sama seperti yang lain?” suaranya tajam, penuh kecurigaan. Rahang Juan menegang, amarah jelas terpancar di wajahnya. “Coba saja kalau kamu berani menyentuh sehelai rambut mereka, Nelly! Aku tidak akan pernah mengampunimu!” balasnya lantang, suaranya menggelegar memenuhi ruangan. Juan menarik napas berusaha sabar, lalu menatap lurus ke arah istri dan putranya. “Ana akan menjadi kepala pelayan di sini. Dia adalah orang kepercayaanku sejak dulu, selalu setia. Kamu tahu sendiri, kepala pelayan pilihanmu sudah berkhianat dan membocorkan rahasia mansion kita. Untuk saat ini, aku yang akan memilih sendiri siapa yang layak berada di sisiku.” Juan kemudian menoleh ke arah Alicia, lalu kembali menatap keluarganya dengan tatapan dingin. “Alicia adalah anak kesayangan Ana. Kuharap kalian berdua tidak berani macam-macam terhadapnya. Jika sampai ada yang menyakitinya, kalian harus berhadapan langsung denganku.” Ucapannya tegas, tidak memberi ruang sedikit pun untuk ditawar. Ruangan mendadak hening, hanya menyisakan ketegangan yang menekan d**a setiap orang di sana. Nelly terdiam sejenak, tapi rahangnya mengeras. Tatapannya tajam menancap pada Juan, lalu beralih menusuk ke arah Alicia. Ada bara api yang jelas membakar dalam sorot matanya, cemburu bercampur curiga. Senyum tipis terbit di bibirnya, senyum yang lebih menyerupai ancaman terselubung daripada ketulusan. Zack justru terkekeh kecil, matanya berkilat penuh tantangan. Ia menyandarkan tubuhnya santai, namun jelas sekali ucapannya mengandung provokasi. “Menarik sekali, Ayah. Jadi sekarang kita harus menghormati seorang kepala pelayan dan anaknya?” katanya dengan nada meremehkan. Nelly melirik putranya sekilas, keduanya seakan terhubung dalam diam. Mereka tidak membantah langsung, tapi jelas sekali ada rencana yang tengah mereka simpan. Alicia menggenggam erat tangan Ana di sampingnya. Jantungnya berdegup kencang. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa terjebak di antara pertarungan keluarga yang penuh rahasia berbahaya. Tanpa sadar, Ana meremas tangan Alicia erat-erat, seakan menyalurkan kekuatan. “Jangan takut, Alic. Ada Ibu di sampingmu. Ibu akan selalu melindungimu,” bisik Ana tulus, matanya bergetar penuh kasih sayang. Alicia tertegun. Selama ini, saat mereka masih tinggal di tempat dulu, sikap Ana selalu dingin, jarang bicara, dan hubungan mereka tidak pernah benar-benar dekat. Namun kalimat sederhana itu kini menembus hatinya. Seketika, perasaan asing menyelubungi dirinya. Alicia yang selama ini tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tiba-tiba terbawa suasana. Dalam kebohongan amnesianya, ia benar-benar merasa Ana adalah ibunya. Padahal awalnya hanya sandiwara, kini hatinya sendiri hampir yakin dengan kebohongan itu. Alicia menatap Ana dengan mata berkaca-kaca, lalu tersenyum tulus. “Iya, Bu… untung ada Ibu. Aku jadi tidak merasa takut,” bisiknya lembut. Melihat kedekatan keduanya, Juan akhirnya benar-benar yakin. Baginya, Alicia memang telah kehilangan ingatan dan justru itulah yang membuatnya semakin mudah percaya bahwa semua yang terjadi adalah takdir. Juan merasa lega. Akhirnya ia bisa membawa Alicia yang kini kehilangan ingatan untuk tinggal di dekatnya. Dengan begitu, ia bisa melihat gadis itu lebih leluasa, tanpa harus lagi bersembunyi di balik bayangan. Selama ini, Juan hanya berani mengamati perkembangan Alicia dari jauh, menjaga tanpa terlihat. Ia sadar, di mata Alicia, dirinya hanyalah pembunuh ayahnya. Itu sebabnya ia tidak pernah berani menampakkan diri secara langsung. Namun tanpa ia sadari, sejak tadi Nelly tidak pernah lepas memperhatikan perubahan ekspresinya. Wajah Juan yang berulang kali melembut setiap kali menatap Alicia, justru membuat bara amarah membakar d**a Nelly. Tatapannya tajam, penuh curiga. Apalagi, ia beberapa kali menangkap pandangan Juan yang terlalu lama berhenti pada Alicia. Cemburu bukanlah hal baru bagi Nelly. Selama ini ia memang selalu curiga pada setiap perempuan yang dekat dengan Juan. Dua kali sudah ia membuat sekretaris Juan menghilang tanpa jejak, semata karena merasa cemburu. Sejak saat itu Juan lebih memilih menggunakan asisten pria. Padahal, awalnya ia memilih sekretaris perempuan bukan karena naf~su, melainkan karena menurutnya pekerjaan mereka lebih rapi dan teliti dibanding laki-laki. Namun bagi Nelly, tidak ada alasan yang bisa membenarkan kehadiran perempuan lain di dekat Juan. Dan kini, tatapan Juan pada Alicia jelas sudah membuat alarm dalam dirinya berbunyi. Nelly masih menatap tajam ke arah Juan dan Alicia. Wajahnya menegang, napasnya berat menahan amarah yang semakin membara. Hanya Zack yang melihat mata ibunya yang terbakar cemburu. Zack melangkah mendekat dan menepuk lembut bahu ibunya. Suaranya rendah, namun penuh keyakinan. “Tenang saja, Bu. Kalau Ayah benar-benar tertarik pada gadis itu, biar aku yang mengatasinya. Percayalah, aku akan membuat dia tidak akan tertarik pada ayah.” Nelly menoleh, menatap putranya dengan sorot mata yang masih menyala penuh curiga. Perlahan, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. Senyum itu bukanlah tanda reda, melainkan tanda ia menyetujui sesuatu yang lebih berbahaya. Dari kejauhan, Alicia tanpa sadar menangkap tatapan Zack. Pandangan itu membuatnya merinding, seolah tubuhnya dibungkus hawa dingin yang tidak kasar mata. Dan saat Zack menyunggingkan senyum liciknya, Alicia tahu satu hal pasti, dirinya baru saja menjadi sasaran. Namun di balik rasa takut yang mencekik, Alicia menggenggam erat tangannya sendiri. Dalam hati ia berbisik tegas, Aku harus bertahan demi menyelidiki kematian Ayah. Demi membalaskan dendamnya. Tatapannya mengeras dan ia bersumpah tidak akan menyerah meski harus berhadapan langsung dengan keluarga Juan. Dan malam itu, di balik dinding megah mansion Antares, sebuah dendam mulai berakar dan perang baru saja dimulai. Bersambung......
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN