Dirasa sudah waktunya untuk pulang, Jeanne kemudian memutuskan untuk keluar dari gedung tempat di mana acara berlangsung.
Wanita dengan pakaian seksi dan glamour itu melangkah santai sambil memegang perutnya yang sudah nampak membuncit.
Hawa dingin menerpa punggungnya yang terlihat polos tanpa tertutup kain. Maklum saja, gaun yang dikenakan oleh Jeanne memang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Maka tidak salah ada banyak pria yang berusaha untuk mendekatinya saat di dalam tadi meskipun mereka tahu jika dirinya saat ini sedang dalam keadaan hamil besar.
Mengingat itu tentu saja Jeanne mendengus. Memang semua laki-laki sama saja karena mereka akan mengeluarkan jurus mata keranjang ketika melihat sesuatu yang bening.
Saat hampir mendekati area tempat di mana mobilnya terparkir, seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya, membuat Jeanne menatap sosok dengan tubuh tinggi yang mengenakan setelan hitam berdiri dengan tenang di hadapannya.
Jeanne memiringkan kepalanya ke kanan, berusaha untuk mengingat siapa sosok di hadapannya. Tidak mungkin orang bisa menghadang langkahnya jika memang mereka tidak pernah berinteraksi atau berkenalan. Anehnya, tidak ada dalam ingatan Jeanne tentang sosok yang ada di hadapannya.
Merasa tidak ingat tentang laki-laki di hadapannya ini, Jeanne kemudian bergeser dan akan pergi, sebelum pergelangan tangannya ditahan, membuat ia kembali ke posisi semula.
"Ada masalah apa?" Jeanne bertanya dengan nada dinginnya.
Demi celana dalam warna merah muda milik kakaknya itu, Jeanne saat ini merasa lelah dan ingin segera pulang.
"Kenapa kamu hamil dan tidak pernah mengabariku?"
Kening Jeanne spontan mengerut. Tidak mengerti dengan pertanyaan pria di hadapannya ini.
"Maaf, Anda siapa? Saya hamil juga apa urusannya dengan Anda? Kenapa saya harus mengabari Anda?"
Tubuh Jeanne tersentak ketika sosok itu menarik dan mendorongnya hingga punggungnya kini merapat pada pintu mobil miliknya.
Jeanne membelalakkan matanya terlebih lagi ketika ia merasakan cengkraman di kedua lengannya oleh pria yang tidak dikenalinya itu.
Jeanne sudah termasuk memiliki porsi tubuh yang tinggi. Namun, saat berdiri berhadapan dengan sosok ini, wanita 25 tahun itu harus mendongak terlebih dahulu.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Jeanne tidak menunjukkan raut wajah takut sama sekali. Wanita itu tetap tenang meskipun saat ini wajah pria di hadapannya terlihat sangat marah.
"Kamu melupakan aku? Hemmm?"
"Melupakan kamu?" Jeanne bertanya dengan kepala miring ke samping. "Kata ini tepat ditujukan pada seseorang yang pernah mengingat kamu. Permasalahannya, saya bahkan tidak ingat pernah bertemu dengan kamu."
"Oh, iya?" Jari telunjuk kanan pria yang tidak lain adalah Keanu bergerak menyusuri lengan Jeanne kemudian naik hingga berhenti di bagian d**a wanita itu. "Kamu tidak lupa 'kan malam kita di hotel? Malam di mana aku merenggut keperawananmu sampai menghasilkan sesuatu yang berharga."
Keanu semakin merapatkan tubuhnya pada Jeanne. Tangan pria itu kemudian turun menyusuri bagian d**a hingga akhirnya menyentuh perut Jeanne yang tampak membuncit.
Telapak tangan Keanu berlama-lama berada di perut wanita itu hingga akhirnya pria itu merasakan sebuah tendangan membuatnya membelalakkan mata dan langsung menunduk untuk menatap perut wanita hamil ini.
Jelas saja Keanu merasakan sebuah tendangan di perut Jeanne. Kening pria itu mengerut kemudian mencoba meraba kembali perut Jeanne sampai akhirnya ia merasakan tendangan kedua. Ekspresi wajah Keanu tampak takjub kemudian beralih menatap Jeanne yang masih menampilkan ekspresi daftarnya.
"Kamu tidak mungkin bisa melupakan malam kita di hotel itu. Ini adalah hasil perbuatan satu malam kita." Usapan lembut di perut Jeanne dilakukan oleh Keanu sambil terus menatap mata wanita itu.
Akhirnya Jeanne ingat jika pria di hadapannya adalah pria yang menidurinya, yang tak lain dan tak bukan adalah Ayah dari bayi yang dikandungnya.
Meskipun begitu, tentu saja Jeanne tidak peduli.
"Oh, itu kamu? Ada keperluan apa menghadang langkah saya?" Jeanne tidak terharu ataupun terkejut dengan kedatangan Keanu yang begitu tiba-tiba.
Wanita itu memang tidak memiliki ekspektasi apapun. Lagi pula, hamil atau tidak dirinya bukan urusan Keanu.
"Tentu saja keperluanku masih banyak. Jangan pernah lupa kalau bayi yang kamu kandung adalah anakku juga."
"Tentu saja aku tidak akan lupa." Posisi mereka saling berdekatan namun tidak ada yang mau bergerak karena Jeanne masih mencari tahu tujuan dari pria itu menghadang langkahnya. "Lalu, kenapa?"
Keanu menundukkan kepalanya sambil menatap Jeanne. Senyum sinis tersungging di sudut bibir pria itu.
"Kamu masih bertanya kenapa? Tentu saja aku akan bertanggung jawab atas dirimu dan bayi yang sedang kamu kandung. Aku akan menawarkan sebuah pernikahan untuk kamu, bagaimana? Kita bisa melangsungkan pernikahan di gereja, lalu setelah itu kita bisa merayakan resepsi besar-besaran sesuai dengan keinginan kamu."
Ekspresi wajah Jeanne langsung berubah. Agak tidak menyangka jika ada pria yang bahkan tidak begitu dikenal dengan berani datang menawarkan sebuah pernikahan padanya.
Hal yang paling dibenci oleh Jeanne adalah pernikahan dan juga pria. Baginya di dunia ini tidak ada pria yang bisa dipercaya. Maka dari itu ketika mendengar tawaran langsung dari mulut Keanu, bukannya mengiyakan apa yang diminta oleh pria itu, Jeanne justru tertawa.
"Sorry, Anda mungkin salah mengajak orang. Saya tidak tertarik untuk menikah dengan Anda."
Kali ini, dengan kekuatan penuh, Jeanne mendorong tubuh Keanu hingga mundur beberapa langkah ke belakang.
Pria itu tidak menyangka jika Jeanne memiliki tenaga yang kuat untuk mendorongnya.
"Kamu--"
"Berhenti berpikir untuk bertanggung jawab dengan saya dan bayi yang saya kandung. Saya akan melahirkan dan membesarkan anak saya sendiri. Kalau kamu mau bertemu di masa depan, silakan saja. Saya tidak mempermasalahkan. Terima kasih."
Jeanne menganggukkan kepalanya kemudian berbalik masuk ke dalam mobil. Malas sekali rasanya melihat wajah pria yang langsung mengajaknya menikah di pertemuan kedua mereka.
Mobil yang dikendarai Jeanne melaju dengan santai membelah jalanan kota, menuju rumah yang sudah ia tempati selama beberapa tahun terakhir.
Sementara Keanu yang ditinggalkan, tercengang di tempat dengan reaksi yang diberikan oleh wanita itu.
Pria itu terkekeh kemudian masuk ke dalam mobilnya yang entah kebetulan atau tidak memang berada tepat di sebelah mobil Jeanne.
Tentu saja tujuan Keanu untuk mengejar mobil Jeanne. Beruntung ia hafal plat mobil dan juga bentuk mobil wanita itu.
Beberapa menit di jalanan akhirnya Keanu berhasil menemukan kendaraan roda empat yang dikendarai oleh wanita itu. Sampai beberapa saat kemudian, mobil memasuki area komplek perumahan dan Keanu masih dengan percaya diri mengikuti jejak mobil wanita itu.
Sepertinya menyadari kehadirannya, mobil Jeanne berhenti tepat di depan gerbang.
Wanita itu turun dari mobil dan menghampiri mobil Keanu yang berada di belakangnya. Wanita itu mengetuk kaca jendela hingga Keanu menurunkannya.
Ekspresi wajah wanita itu memang sedingin biasanya. Tatapan matanya yang tajam membuat Keanu semakin penasaran dengan sosok Jeanne.
"Anda mengganggu ketenangan dan privasi saya. Saya harap Anda tidak memiliki niat untuk mengacau dalam hidup saya. Setelah ini, saya minta supaya Anda segera pergi dan jangan pernah menemui saya lagi."
Setelah mengucapkan kalimat pengusiran dan tanpa menunggu balasan dari pria itu, Jeanne masuk ke dalam mobil dengan pintu gerbang yang sudah terbuka secara otomatis. Pintu langsung tertutup karena memang Jeanne tidak mengizinkan pria tidak dikenal itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Sementara Keanu yang sudah hafal rumah Jeanne akhirnya melaju pergi.
Entah mengapa ia merasa adrenalinnya terpacu saat berada di dekat wanita itu. Hal yang tidak pernah dirasakannya saat berada di dekat Saras.