Keanu tidak ada di rumahnya. Itulah yang ditemukan Saras saat mendatangi kediaman pria itu. Rumah ini adalah rumah pribadi milik Keanu yang ditempatinya sendiri bersama para asistennya. Namun, saat bertanya pada asisten rumah tangga, ternyata Keanu sudah tidak pulang selama beberapa hari ini.
Pria itu tidak pulang ke rumahnya yang membuat Saras mulai berpikir negatif.
Sementara Saras sendiri yakin jika Keanu tidak ada di rumah kedua orang tuanya.
Saat akan masuk ke dalam mobil, sebuah mobil sport melaju masuk dan terparkir di halaman depan rumah tepat di sebelah mobilnya.
Ini adalah mobil milik Keanu.
Saras yang akan masuk ke dalam mobil segera menutup kembali mobilnya dan menghampiri Keanu.
"Kean, aku dari tadi menunggu kamu di sini. Kamu ke mana saja? Bibi bilang kalau kamu tidak ada di rumah selama beberapa hari ini."
Saras langsung menyerbu Keanu dengan pertanyaan.
"Aku ada di apartemen dan tidak pulang ke rumah. Kenapa kamu datang mengunjungiku?" Keanu menoleh menatap pada Saras.
Entah mengapa ia sekarang melihat Saras dengan cara yang berbeda. Tidak ada keistimewaan yang dimiliki oleh Saras. Terlebih lagi Saras lah orang yang selalu mengejar-ngejarnya untuk menjadi kekasih wanita itu. Entah mengapa, Keanu mulai berpikir jika menjalin hubungan dengan Saras ternyata tidak memacu adrenalinnya.
Tidak seperti Jeanne yang selalu membuatnya semakin penasaran dari hari ke hari.
Pertanyaan ini tentu saja membuat Saras membelalakkan matanya.
"Seriously, kamu menanyakan ini ke aku, Kean? Memangnya salah kalau aku sebagai tunangan kamu datang untuk bertemu dengan kamu? Kamu sudah beberapa hari ini tidak mengabari aku. Aku telepon dan aku chat kamu juga tidak dibalas-balas."
Keanu menghela napasnya seraya menatap Saras dengan sakit kepala yang luar biasa.
"Saras, aku sudah bilang ke kamu kalau hubungan kita sudah berakhir. Aku akan bertanggung jawab dengan wanita yang aku hamili. Jadi, tolong jangan anggap kita ini masih berhubungan." Telapak tangan Keanu bergerak kemudian mengusap kepala Saras. "Aku akan menganggap kamu seperti adikku sendiri."
Tangan Keanu yang masih berada di atas kepala langsung ditepis oleh wanita itu. Ekspresi wajah Saras yang marah langsung membuat Keanu yakin jika saat ini pasti sebentar lagi akan ada pertengkaran.
"Aku tidak mau dianggap seperti adik kamu sendiri, Kean! Kamu harus menikah dengan aku. Hubungan kita sudah serius dan sudah banyak orang yang tahu. Jangan coba-coba kamu mau mempermainkan aku."
"Inilah yang aku tidak suka dari kamu, Saras. Kamu terlalu egois dan selalu mementingkan diri kamu sendiri."
Keanu menggelengkan kepalanya dan berbalik pergi masuk ke dalam rumah. Tidak lupa pria itu juga memberi kode pada anak buahnya yang menjaga di depan pintu agar tidak mengizinkan Saras untuk masuk ke dalam rumahnya karena saat ini ia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
"Kean! Kamu jangan seperti ini! Kamu tidak boleh mencampakanku begitu saja, Kean!"
Suara teriakan Saras tidak dipedulikan oleh Keanu. Pria itu melaju masuk ke dalam ruang kerjanya di mana ada banyak rahasia tersimpan di dalam ruang kerja berukuran luas tersebut. Tidak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam ruang kerjanya selain dua orang asisten pribadi yang dipercaya oleh Keanu sendiri.
Di atas meja tersebut ada terdapat banyak foto-foto Jeanne yang diambil secara diam-diam oleh dua orang asistennya itu.
Lebih menakjubkannya lagi ketika ia menatap foto Jeanne yang mengenakan gaun merah tanpa lengan dengan tali yang melingkar di leher, serta perut yang buncit, dan ekspresi wajah yang dingin, membuat Keanu semakin penasaran dengan sosok wanita itu.
"Jeanne," gumam Keanu menatap foto tersebut.
Sementara sosok yang saat ini sedang ditatap dengan tajam oleh Keanu mengalami bersin saat sedang memimpin rapat.
"Sorry, bisa terus dilanjutkan." Jeanne memberi perintah setelah mengusap hidungnya yang gatal.
Tidak mengalami demam atau flu, dan tiba-tiba bersin sendiri tentu saja membuat Jeanne merasa aneh pada tubuhnya.
2 jam kemudian rapat selesai dan wanita itu kembali ke ruangannya.
Fabian dan Bianca mengikuti wanita hamil itu dari belakang sambil membawa map berisi hasil rapat mereka barusan.
"Hasilnya sudah saya copy paste dan dicatat serta saya kirim melalui email ibu," kata Fabian menyerahkan map pada Jeanne.
"Terima kasih." Jeanne menerimanya dengan senang hati kemudian menatap pada Bianca. "Saya bisa minta tolong sama kamu, Bianca?"
Bianca yang sedang menatap iPadnya dengan serius langsung menegakkan tubuh. "Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?"
"Siang ini tiba-tiba saya ingin makan mangga alpukat. Bisa minta tolong untuk carikan buah itu?"
Kening Bianca mengerut ketika mendengar nama buah yang baru pertama kali didengarnya.
"Mangga alpukat itu mangga dan alpukat ya, Bu?"
Jeanne menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu. Mangga alpukat yang saya maksud adalah mangga yang bentuknya seperti alpukat. Tapi, rasanya memang mangga. Kamu bisa cari ke tempat yang jual buah-buahan. Tidak tahu kenapa sepertinya saya pengen makan mangga itu."
"Baiklah Bu kalau begitu saya akan cari mangga itu."
Bianca kemudian pamit undur diri dan melangkah keluar dari ruang di mana tempat Jeanne dan juga Fabian berada.
Sementara Fabian sendiri tetap melanjutkan pekerjaannya yang harus mengerjakan beberapa hal bersama Jeanne di dalam ruangannya sendiri.
Bianca melangkah keluar dari kantor menuju parkiran mobil. Saat wanita itu akan membuka pintu mobil, tiba-tiba pintu tertutup dengan begitu saja membuat wanita itu terperanjat dan menoleh ke samping.
"Siapa kamu?" Bianca menatap waspada pada pria di hadapannya.
Pria di hadapannya cukup tinggi dengan wajah yang tampan hingga membuat Bianca harus waspada. Ada banyak pria memiliki wajah tampan yang pintar memanfaatkan seorang gadis.
"Bos saya ingin bicara dengan kamu. Bisa ikut saya sekarang?"
"Siapa bos kamu? Kenapa saya harus ikut dengan kamu? Jangan coba macam-macam di sini. Kalau tidak saya akan berteriak," ancam Bianca semakin waspada.
Ekspresi wajah pria yang tidak lain adalah Ricky berubah cemberut dan tanpa mengatakan apa-apa, pria itu langsung menyeret Bianca ke arah mobil yang tak jauh dari posisi mereka.
Sesampainya di depan mobil putih tersebut, pintu mobil belakang bergeser menampilkan sosok pria yang mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung sambil menatap ke arah Bianca.
Punggung tangannya diletakkan di atas dagu yang memperlihatkan jam berwarna hitam dengan merek terkenal. Bianca sendiri dikejutkan dengan kehadiran dan juga ketampanan pria itu yang mirip dengan mafia-mafia yang ada di series atau drama yang sering ditonton.
Mulut Bianca yang nyaris terbuka untuk berteriak meminta tolong kini tertutup rapat.
"Mau pergi ke mana kamu?" Sosok yang tak lain adalah Keanu bertanya dengan nada dingin.
"Siapa kamu? Kenapa kamu mau tahu urusan saya mau pergi ke mana." Meski memiliki wajah tampan tentu saja Bianca tidak mau sembarangan memberi jawaban. Ia tidak akan tertipu dengan wajah tampan pria ini.
"Kamu cukup beritahu saya kamu mau ke mana. Kalau tidak, benda ini akan menembus kulit cantik kamu."
Bianca langsung menundukkan kepala ketika ia merasakan benda keras di perutnya. Wanita cantik itu membelalakkan matanya lebar saat melihat sebuah pistol kini sudah menempel di perutnya. Tatapan wanita itu kemudian beralih menatap sosok di sebelahnya yang menempelkan pistol ke arahnya.
Tidak tahu sejak kapan Ricky kini mengeluarkan pistol yang langsung diarahkan ke arah perut Bianca.
Ekspresi wajah yang ditampilkan Bianca cukup kompleks dengan ekspresi dua orang pria yang masih dengan sabar menunggu jawaban dari mulutnya.