10. Tamu di malam hari

1000 Kata
Jeane melangkah keluar dari kamar. Wanita cantik itu mengenakan gaun tidur berbahan satin dengan tali spaghetti yang melekat di pundaknya. Sementara bagian luarnya dipakai cardigan untuk menutupi pundaknya dari terpaan AC. Di rumah ini memang hanya ada Ratih bersama dirinya saja. Namun, sebelum membeli rumah ini, Jeane tahu jika kompleks tempatnya tinggal saat ini tentu saja aman dari kejahatan. Ada penjagaan 24 jam yang berpatroli sehingga ketika ada kejahatan yang datang, para keamanan pasti langsung bergegas. "Nona, ini s**u sudah saya buatkan untuk Nona. Tidak terlalu banyak air, dan tidak terlalu mendidih," ujar Mbak Ratih. Wanita itu meletakkan gelas s**u di hadapan Jeane yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi. Jeane tersenyum mengucapkan terima kasih pada Mbak Ratih. Kemudian, ia segera menyesap dengan pelan s**u berwarna putih yang memang dikhususkan untuk wanita hamil seperti dirinya. Kehamilannya juga sudah diketahui oleh Mbak Ratih dan wanita itu merawatnya dengan sangat baik. Di kehamilannya yang seorang diri tentu saja Jeane merasa sangat bahagia karena ada Mbak Ratih yang menemaninya. Jangan mengharapkan kehadiran Thomas, karena pria itu sibuk dengan istrinya. Lihat saja pekerjaan yang menumpuk tetap diserahkan padanya, karena Thomas sedang berbulan madu entah untuk yang ke berapa kalinya, Jeane juga tidak mengerti. "Ada buah, Mbak?" Jeane meletakkan gelas yang isinya hampir setengah kemudian beralih menatap pada Mbak Ratih. Jeane memang sangat jarang untuk makan di malam hari. Namun, setelah hamil, entah mengapa wanita cantik itu sering kelaparan di tengah malam. Jeane juga akan membangunkan Mbak Ratih ketika ia ingin dimasakkan sesuatu. "Ada, Nona. Ada pisang, mangga, stroberi, beri, anggur, dan apel. Jeruk ada, tapi sudah tidak segar lagi dan saya takut Nona tidak akan menyukainya. Saya lupa untuk menambah stok jeruk," jawab Mbak Ratih lengkap. "Kalau begitu saya mau pisang saja, Mbak. Bisa minta tolong untuk diambilkan?" "Tentu, Nona." Mbak Ratih kemudian berbalik dan segera membuka kulkas untuk mengambil buah pisang. Wanita itu kemudian kembali dan meletakkan pisang yang sudah ditata di atas piring tepat berada di hadapan Jeane. Melihat itu tentu saja Jeane tersenyum. "Mbak, boleh saya request untuk minta dibuatkan bolu pisang? Tiba-tiba saja saya pengen makan itu. Besok saja tidak apa-apa." "Bisa, Nona. Nona mau minta dibuatkan berapa rasa? Bolu ada beberapa macam rasa selain pisang. Misalnya, bolu pandan juga enak," ujar Mbak Ratih, agak bersemangat. Sudah lama sekali ia tidak membuat kue-kuean. Pasalnya, seringkali membuat kue namun majikannya ini tidak pernah mau memakannya. Pada dasarnya Jeane memang tidak hobi memakan apapun yang memang bukan seleranya. "Bolu pisang saja." "Iya, Nona." "Kalau begitu besok siang saya akan minta orang kantor untuk mengambil bolu di rumah ini." "Bisa, Nona. Pokoknya saya akan membuatkan Nona Jeane bolu paling enak sedunia." Jeane sendiri tersenyum menanggapi apa yang diucapkan oleh Mbak Ratih. Tak lama kemudian terdengar suara dering bell berbunyi, membuat Jeane yang sedang menyantap pisang mengerut keningnya. Ini sudah malam dan ada tamu yang datang, membuatnya agak merasa aneh karena rumahnya sangat jarang kedatangan tamu. Kecuali, klien yang tidak bisa bertemu di luar selain di rumahnya. Itu pun sangat jarang terjadi. "Nona, sepertinya ada tamu yang datang. Saya lihat dulu siapa yang datang," ujar Mbak Ratih. Jeane hanya menganggukkan kepalanya kemudian fokus pada pisang dan s**u yang ada di atas meja. Kalau hari-hari normal tentu saja pisang dan s**u adalah makanan yang paling tidak disukai oleh Jeane. Namun, semenjak hamil apa yang tidak disukainya sekarang disukai dirinya. Sementara Mbak Ratih sendiri sudah membuka pintu dan menatap seorang pria bertubuh tinggi dengan setelan hitam berdiri menjulang tinggi di hadapannya. Pria di hadapannya ini memiliki wajah yang sangat tampan. Rahang yang tegas, dengan bulu mata yang bergerak lebat seiring dengan gerakan kelopak matanya. Pada bagian bibir, terlihat sangat seksi dan pas dengan rahang wajahnya. Tidak ada celah untuk pria tampan di hadapannya. Mbak Ratih mengakui hal itu. Hanya saja, ini kali pertama ia bertemu dengan pria yang hanya sekali tatap saja sudah membuatnya agak sedikit takut. "Maaf, mau mencari siapa?" Mbak Ratih tentu saja langsung bertanya karena ini kali pertama ia melihat sosok pria di hadapannya. "Jeane, ada?" Mbak Ratih mengangguk. "Nona Jeane ada di dalam. Kalau boleh tahu Tuan ini siapa? Kenapa datang ke sini malam-malam?" "Saya suami dari Jeane." Kalimat itu lolos begitu saja dari mulut pria itu. "Keanu Dunhart." Tentu saja kelopak mata Mbak Ratih melebar mendengar perkenalan singkat dari pria di hadapannya ini. Suami dari mana? Meskipun Nona majikannya sedang hamil saat ini, dirinya bukan orang bodoh yang tidak tahu jika majikannya tidak memiliki suami dan belum pernah menikah. "Maaf, sepertinya Anda salah alamat. Nona Saya belum menikah." Merasa kalau gelagat pria di hadapannya ini agak tidak beres, Mbak Ratih mundur dan akan menutup pintu. Namun, gerakannya langsung tertahan ketika tiba-tiba saja dua orang pengawal muncul dari balik tembok dan langsung menahan pintu yang akan ditutup oleh Mbak Ratih. Mbak Ratih tentu saja terkejut menyaksikan dua orang yang tiba-tiba saja sudah menahannya. "Kalian--" mulut Mbak Ratih langsung dibekap oleh seorang pria yang mengenakan setelan hitam. "Mmmh!" Mbak Ratih berusaha untuk memberontak, namun tenaganya sebagai seorang perempuan tidak cukup kuat. "Ndre, tutup pintunya." Sosok pria itu memerintahkan anak buahnya untuk menutup pintu sementara dirinya melangkah masuk mengeksplor isi rumah Jeane yang tampak simpel dan elegan. Tidak banyak barang-barang mewah dalam jumlah yang banyak dan hal ini tentu saja membuat Keanu merasa rumah ini terlihat sangat luas. Mbak Ratih ditahan oleh Ricky dengan tangan yang ditahan di belakang serta mulut yang dibekap. Sedangkan Andre sendiri memilih untuk mengunci pintu. Mbak Ratih kemudian dibawa masuk dan duduk di ruang tamu. Entah mendapatkan dari mana Andre datang dan langsung menyerahkan tali pada Ricky yang menyeringai senang. Sementara mulut Mbak Ratih sendiri langsung ditutup dengan kaos kaki yang baru saja dilepas oleh Andre. "Tidak bau karena ini baru saja dicuci 3 hari yang lalu," kata Andre. Pria itu terkekeh menyaksikan Mbak Ratih yang sudah menangis. Sementara sosok pria yang tidak lain adalah Keanu hanya melirik kelakuan kedua anak buahnya, sebelum akhirnya ia melangkah masuk lebih dalam dan melihat satu sosok yang membelakanginya sedang duduk dengan tenang menghadap pada meja makan. Keanu menyeringai. "Aku mendapatkan kamu, Sayang."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN