Chapter 158 - Capek

583 Kata

“Bikin showroom kek atau cabang di tempat lain gitu!” sungut seorang laki-laki paruh baya ke arah seorang laki-laki yang duduk di depannya. “Ini masih pikir-pikir dulu, Pa,” jawab Aan ke arah mertua laki-lakinya itu sambil tersenyum kecut. “Dari dulu, pikir-pikir terus!” cibir si laki-laki paruh baya dengan nada tak suka. Aan hanya tertawa kecil tanpa menjawab. “Sudah-sudah, pesenannya sudah datang, dimakan dulu,” bujuk Putri ke arah kedua laki-laki itu. Memang, sejak dulu, seperti itulah interaksi antara suami dan Papanya. Tak pernah berubah dan masih tetap sama. Tapi Putri dan semua orang tahu, Papa tak pernah sekalipun bermaksud jelek atau merendahkan menantunya. Justru dia yang paling getol ingin membuat usaha menantu laki-lakinya itu supaya terus berkembang. Bagi Aan sendiri, us

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN