Chapter 153 - Minta Maaf

592 Kata

“Bukan Teguh kok,” kata Aan. “Jadi, kalau bukan Mas Teguh, siapa? Soalnya dia yang ngancam mau nyakitin Mas Han waktu menemuiku,” jawab Wulan. “Kayaknya yang punya motif emang hanya Teguh, Yang. Ndak mungkin kan orang ndak punya masalah apa-apa, tiba-tiba nyakitin Ayang?” imbuh Putri. “Kok Mas Han bisa yakin kalau itu bukan Mas Teguh?’ tanya Wulan. “Karena setahuku, Teguh tak punya piaraan sebanyak itu. Kan dulu aku pernah menyerangnya,” jawab Aan. “Iya sih, yang setelahnya Mas Teguh kritis di rumah sakit,” jawab Wulan sambil mengingat-ingat kejadian itu, dan tak urung wanita cantik itu tersenyum karena ingatannya melayang ke kenangan manisnya bersama Aan. “Udah, udah. Ndak usah diinget-inget lagi yang dulu-dulu,” tegur Putri sewot ketika melihat Wulan tersenyum manis dengan tatapan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN