Betapa leganya Sebastian melihat gadis yang pernah ditemuinya di pasar masih hidup meski dalam kondisi mengenaskan. “Nona! Nona Ella! Ini saya!”
Ella masih meronta-ronta sambil menangis dan berusaha melepaskan diri. Dia juga berteriak meminta tolong sebelum akhirnya Sebastian menahan kedua sisi wajahnya agar dia tidak banyak bergerak dan menyadari situasi yang sebenarnya terjadi.
“Nona Ella! Ini saya!”
Begitu melihat wajah Sebastian yang tidak asing, Ella menangis tersedu-sedu. Namun, gadis itu tidak memberontak lagi dan bersyukur bahwa dirinya sudah aman sekarang. Dia bisa bernapas lega meski detak jantungnya masih menggila dan dia bisa mencengkram tangan Sebastian erat-erat untuk memastikan bahwa semua ini bukan mimpi.
“Nona Ella baik-baik saja sekarang.”
Sebastian memeluk Ella, menenangkan gadis yang pasti bakal punya trauma berkepanjangan di masa depan. Namun, pria itu akan berusaha sebaik mungkin mengobati ketakutan Ella saat dia membawanya ke kediaman untuk dirawat seperti halnya Anna.
Ella baru saja membuka mata setelah dibawa pulang oleh Sebastian dan tiba di kediaman sekitar pukul delapan malam. Gadis itu dilayani dengan baik oleh para pelayan dan mereka bahkan menyalakan perapian agar tubuh Ella tetap hangat meski hampir kehabisan stok kayu bakar lantaran para penjual kayu masih belum datang padahal mereka selalu datang tiap hari minggu.
Setelah memperhatikan sekitar dengan kedua matanya, Ella beranjak duduk dan mendapati jika dirinya memakai pakaian bagus dan tidur di ranjang mewah yang bahkan tidak satu pun orang di desanya memiliki ranjang seperti itu.
“Aku … di mana?” Ella bertanya-tanya sambil menyibak selimut dan beranjak dari ranjang. Namun, baru saja kedua kakinya menyentuh lantai kayu, seseorang masuk membawa sebaskom air.
“Nona Ella sudah bangun?!”
Teriakan pelayan bernama Isa tersebut membuat Sebastian, yang berniat menunggu gadis itu membersihkan tubuh Ella, segera melangkah masuk dan membuat kedua gadis muda itu menoleh.
Ella tersentak melihat kedatangan Sebastian yang berekspresi cemas. “Tuan ini ….”
“Nona Ella baik-baik saja sekarang?” tanya Sebastian memastikan. Dia melangkah dan berdiri tepat di hadapan Ella, sementara Isa bergeming di belakangnya. “Apa ada sesuatu yang tidak nyaman?”
“Tidak, Tuan.” Ella menjawab pelan. Sekarang dia tahu di mana dirinya sekarang dan bagaimana dia bisa selamat dari kejaran bandit-bandit biadab itu. “Terima kasih, Tuan. Berkat Tuan, saya bisa hidup.”
“Tidak ada yang lebih melegakan melihat Nona Ella bisa hidup. Terima kasih karena sudah bertahan, Nona.”
Ella mengangguk lega, tetapi sesaat setelahnya dia menatap Sebastian lalu memegang tangan pria itu dan memohon sesuatu sambil menangis. “Anna! Tolong selamatkan adik saya, Tuan! Mereka membawanya pergi!”
“Nona Ella tenang saja. Nona Anna aman di sini bersama Anda.”
“Ya?”
Ella sedikit tidak mengerti, tetapi ketika Sebastian mengajaknya pergi dari ruangan tersebut dan menuntunnya melewati lorong demi lorong yang ditempati beberapa penjaga, dia tetap mengikuti pria itu sampai akhirnya tiba di sebuah ruangan di mana dirinya bisa mendengar suara Anna yang amat dia sayangi.
Sebastian mendorong pintu, Anna dan Lucas yang sedang mengobrol di dalam segera menoleh dan ketika kedua gadis itu bertemu pandang, Anna membelalakkan mata, sementara Ella mulai menangis seraya melangkah masuk ke kamar tersebut.
“Anna!”
Lucas menatap Ella yang berlari menghampiri Anna, kemudian memeluknya dengan erat tanpa menahan tangisan yang terdengar memilukan. Seperti kata pegawai bintang satu kala itu, gadis bernama Ella tersebut memanglah gadis yang cantik dan baik hati.
“Terima kasih, Tuhan! Terima kasih!”
Anna yang awalnya terkejut, kini menitikkan air mata dan membalas pelukan Ella yang erat. Maupun Sebastian atau Lucas jelas melihat bagaimana gadis itu bersyukur karena bisa bertemu dengan kakak tirinya yang sempat hilang selama satu minggu.
“Terima kasih, Ella! Terima kasih karena kau sudah kembali dengan baik!”
Keduanya masih berpelukan, melepaskan kerinduan yang mendalam setelah bahaya membuat mereka terpisah di antara hidup dan mati. Beruntungnya, Ella dan Anna bisa selamat dengan cara berbeda.
Setelah puas melepas rindu, Ella berdiri dan berhadapan dengan seseorang yang belum diketahui bahwa lelaki itulah yang akan segera menjadi suaminya. “Terima kasih karena sudah merawat Anna selama ini, Tuan.”
“Tidak perlu sungkan, Nona. Aku melakukannya bukan hanya karena kita akan segera menikah, tapi karena Nona Anna juga butuh pertolongan.”
Perkataan Lucas barusan membuat Ella mendongak, termasuk Sebastian yang agak terkejut.
“Maaf?”
“Saya Lucas Adams, calon suami Nona Ella.”
Ella terbelalak mendengar ucapan Lucas dan tanpa sadar dia menoleh ke tempat di mana sang satria berada. Lucas yang menyadari hal itu pun segera melanjutkan, “Perkenalkan, Beliau adalah ayah saya.”
Sebastian mengangguk pelan sementara Ella masih tak percaya dengan kata-kata yang baru saja Lucas katakan. Jika memang kesatria pelindung itu adalah ayah dari calon suaminya, maka pria tersebut adalah calon ayah mertuanya.
Ella tidak menyangka hal ini akan terjadi. Pria dewasa yang membuatnya berdebar-debar saat di pasar waktu itu adalah calon ayah mertuanya. Situasi ini benar-benar canggung sebab kini dirinya berada di hadapan calon suami dan juga pria yang menarik hatinya yang tak lain adalah ayah dari calon suaminya sendiri. Beruntun, kedua laki-laki itu meninggalkan ruangan tersebut tak lama kemudian dan membiarkan Ella berbicara dengan Anna secara empat mata.
“Aku benar-benar mencemaskanmu, Anna … tapi syukurlah kalau kau bisa selamat.” Ella berkata dengan mata berkaca-kaca dan dia tidak melepaskan genggamannya pada tangan sang adik tiri.
“Aku begitu saja bisa selamat dari mereka, lalu semampuku berjalan untuk datang ke tempat ini dan meminta pertolongan agar mereka bisa mencarimu, Ella!”
“Terima kasih.” Ella lagi-lagi menitikkan air mata, terharu atas kebaikan Anna yang mungkin tidak akan bisa dibalas. “Terima kasih karena kau sudah mengingatku, Anna.”
“Itu semua karena sepatumu,” kata Anna kemudian yang lantas membuat Ella mendongak. “Sepatumu membuat Tuan Sebastian bergerak cepat mencarimu bersama pasukannya.”
“Benarkah?” Ella kembali merasakan debaran menggelikan mendengarnya. “Tuan Sebastian mencariku bersama pasukannya?”
“Ya. Sebenarnya apa hubungan kalian? Aku merasa bahwa ini bukan kali pertama kalian bertemu.” Anna mulai menyelidik, tetapi hanya sebatas rasa penasaran.
“Sebenarnya kami pernah bertemu di pasar. Kau ingat ketika aku bilang mendapat imbalan sebuah sepatu karena sudah menolong seseorang membeli hadiah untuk anaknya?” Ella bertanya memastikan dan ketika dia melihat Anna mengangguk, dia melanjutkan bicaranya. “Sepatu itu pemberian Tuan Sebastian. Aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya seperti ini.”
“Ternyata begitu.”
Setelah hampir setengah jam berada di kamar Anna, Ella memutuskan untuk kembali ke kamar dan membersihkan diri dengan berendam air hangat di bak yang telah disiapkan oleh pelayan.
Gadis itu melepaskan seluruh pakaian dan meletakkannya di atas sekat ruangan, kemudian melangkah masuk ke dalam bak dan menikmati air hangat seperti ketika dirinya masih kecil dan diperlakukan seperti seorang putri bangsawan oleh ibunya.
“Aku lega sekali jika Anna baik-baik saja. Aku juga berterima kasih pada Tuan Sebastian yang sudah menolongku.”
Selama hampir setengah jam Ella berendam, melepas segala rasa penat yang membuat dadanya sesak. Lalu setelah itu dia mempersiapkan diri dengan memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Isa yang katanya itu adalah pemberian Lucas untuknya.
Hanya dengan memakai gaun panjang dan sepatu renda, Ella keluar dari kamar tanpa riasan di wajahnya. Namun, karena memang gadis itu punya kecantikan yang alami, tanpa perona bibir atau pipi pun bukan menjadi masalah besar.
Di kediaman Walikota Sebastian Adams ternyata ada sebuah taman yang terletak di halaman belakang. Ella menemukannya saat sedang berjalan-jalan menyusuri emperan rumah yang besar, lalu mengikuti pagar tanaman bunga yang justru mengantarnya keluar ke halaman belakang dan disuguhi pemandangan yang cukup indah.
Di bagian tengah taman berdiri sebuah gubuk dengan tiang-tiang kayu yang kokoh dan di sana ada meja serta kursi yang Ella pikir digunakan untuk meminum teh sore hari. Para tukang kebun pun terlihat sedang merapikan tanaman-tanaman di sana yang membuat gadis itu ingin menghampiri.
Lantas dilangkahkannya kedua kaki itu untuk mendekat ke gazebo bulat yang dikelilingi oleh bunga mawar. Namun, begitu berada dekat dengan tempat itu, Ella melihat seseorang duduk di sana dan dia tahu betul siapa orangnya.
Ella berniat memilih pergi, tetapi ketika dia berputar arah, tak sengaja gaunnya mengenai duri bunga mawar dan suara robekan membuat Sebastian, yang duduk di dalam gubuk, segera beranjak berdiri dan menghampiri gadis itu.
Melihat kedatangan Sebastian membuat Ella tertawa canggung sambil berusaha menarik gaunnya meski membuat robekan di sana makin lebar. “Saya tidak tahu Tuan Sebastian ada di sini,” katanya.
Sebastian tersenyum tipis lalu mendekat ke arah Ella dan berlutut di depannya untuk membantu gadis itu lepas dari duri mawar yang merusak gaun indah tersebut. “Menariknya hanya akan merusak pakaian Nona Ella, jadi lepaskan dengan pelan tidak saling terluka.”
Ella mana sempat berpikir seperti itu karena dia ingin cepat-cepat pergi menghindar. Namun, ternyata sesuatu yang terburu-buru bukanlah hal baik dan lihatlah apa yang sekarang terjadi. Dia justru lagi-lagi berurusan dengan calon ayah mertuanya yang menawan.
“Maaf, saya pasti mengganggu waktu Anda, jadi saya lebih baik pergi dan Tuan bisa kembali untuk menunggu Nyonya datang. Saya permisi.”
Gadis itu terlebih dulu menunduk sebelum akhirnya berbalik arah meninggalkan area taman, sementara Sebastian bertahan di tempatnya berdiri sambil memperhatikan gerak-gerik Ella yang terlihat berusaha menghindar.
Ini memang lucu. Sebastian sadar dia punya ketertarikan terhadap gadis muda yang akan menikah dengan anaknya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdiri menerima keputusan pemerintahan atas pernikahan sang anak.
Tanpa Sebastian sadari, Anna berdiri di sisi lain pintu masuk ke taman dan memperhatikannya dengan dugaan-dugaan konyol yang pada kenyataannya memang tepat. Gadis itu merasa Walikota Kyttokath memiliki perasaan romantis terhadap gadis muda yang akan menjadi menantunya.
“Ini … menarik.”