“Pak Bram….” Kirana mencoba bicara, Bramasta menghentikan langkah kakinya di lorong itu, dia menggenggam tangan Kirana dengan lembut. “Kamu jangan khawatir. Kamu akan mendapatkan tempat kamu yang seharusnya. Aku tidak akan membicarakan perceraian lagi dengan Ambar tapi aku akan membuat dia sendiri yang ingin bercerai” “Terima kasih Pak Bram sudah melakukan banyak pengorbanan, di sini aku merasa tidak melakukan apa-apa” ucap Kirana, ada perasaan lain yang mengganjal. “Siapa bilang kamu gak ngapa-ngapain, kamu sudah berkorban banyak, aku melakukan ini karena aku merasa apa yang kamu lakukan terlalu banyak” Kirana menunduk, matanya menatap lurus karpet tebal yang diinjaknya. Namun, pandangannya malah berhenti di ujung sepatu Bramasta. Pria yang selalu memikirkan setiap waktu dan juga apa y

