“Papi….Sheila sayang sama Papi” Isaknya.”Sheila gak mau kehilangan Papi “ Bramasta mengelus kepala putrinya “Papi juga gak mau kehilangan kamu, sayang. Bisakah kamu katakan sama Papi sekarang apa yang Mami kamu katakan?” Sheila menatap papinya lama, air matanya menggenang dan mengalir tidak berhenti. “Mami memberikan ini … apakah ini benar, Pi?” Bramasta menerima satu lembar kertas yang sudah sangat kusut dari Sheila. Bramasta membukanya pelan, dia telusuri kata demi kata yang tertulis di sana hingga sampai paragraph terakhir, hatinya terasa dicubit. Sangat sakit. Dia tarik Sheila ke pelukannya. “Apa itu benar, Pi?” Tanyanya pilu. Dia sangat berharap papinya membantah dengan tegas kalau itu tidak benar. Namun, Bramasta hanya menggeleng pelan. “Papi ga tahu, sayang. Saking banyaknya

