Badai Di Langit Jingga 17

1826 Kata

"Beneran nggak mau pulang dulu?" tanya Badai untuk kesekian kalinya. "Iya ih, aku nggak apa-apa kok." "Pulang dulu aja yah, kamu bisa mandi, make up atau apa dulu gitu, toh itu pantai nggak akan pergi." Tiba-tiba bibir Jingga tertekuk. Badai yang melihat itu tertawa, "Oke, oke, kita ke pantai sekarang." "Hehe terima kasih." Badai mengacak rambut Jingga. Dasar, Jingga akan slalu tetap sama seperti Permata dulu. Tidak ada yang berubah dari bagaimana dia tersenyum dan manja padanya. Badai memperhatikan Jingga yang duduk di sampingnya menatap keluar jendela mobil. Matanya teralih ke punggung tangan Jingga, tangan itu dulunya mulus sekarang terlihat ada banyak bekas luka. Separah itukah perjuangan Jingga untuk bertahan hidup? Rasanya sesak sekali hatinya. Jingga dia pantas mendapatkan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN