The Punishment

1684 Kata
Baili Qing Shi bukanlah seorang pejabat pemerintah yang harus berusah payah untuk menangani dokumen-dokumen pemerintahan. Tetapi setiap malam, rutinitas seperti itu masih tidak bisa dia hindari. Akan ada setidaknya delapan hingga sepuluh gulungan yang harus dia periksa. Gulungan-gulungan itu adalah gulungan berisi petisi dari rakyat, biasanya yang berasal dari daerah-daerah kecil. Alasan Baili Qing Shi menangani sesuatu yang seharusnya ditangani oleh kantor pemerintah Luoyang itu bukan karena uang. Itu karena dia mementingkan kepentingan rakyat. Setiap harinya, Baili Qing Shi akan pergi ke kantor pemerintahan yang ada di ibukota Luoyang untuk melihat-lihat gulungan-gulungan petisi itu. Pejabat di sana bahkan tidak pernah melarangnya, tetapi malah berterimakasih. Jika sepuluh gulungan menjadi bagian Baili Qing Shi, maka tentu saja hanya akan ada sedikit gulungan petisi yang harus diperiksa oleh petugas di sana. Pintu ruang belajar Baili Qing Shi tiba-tiba terbuka, kepala pelayan Wang masuk. "Paman, kenapa kau lama sekali? Apa ada masalah?" Baili Qing Shi tidak mengalihkan pandangannya dari kertas yang kini dia gunakan untuk menulis. "Itu." Kepala pelayan Wang sedikit ragu ketika dia berkata, "Yifu dan Dashu tuan muda. Mereka…" Baili Qing Shi tersenyum dan berkata, "Duduklah, aku baru saja menyeduh teh hangat." Ekspresi wajah kepala pelayan Wang yang kaku akhirnya bisa sedikit mengendur setelah dia meneguk teh hangat pemberian Baili Qing Shi. Baili Qing Shi tidak menunggu kepala pelayan Wang untuk melanjutkan ucapannya yang tertunda, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam bajunya. Kepala pelayan Wang, "Ini…" "Sudah berapa lama paman Wang mengenalku?" Baili Qing Shi tidak menjawab ucapan kepala pelayan Wang dan justru kembali mengajukan pertanyaan. "Sudah lebih dari lima belas tahun tuan muda." Bulu mata kepala pelayan Wang yang nyaris botak terkulai lemah. "Sudah lama sekali." Baili Qing Shi berkata, "Kau pasti sudah tahu betul sifat dan karakterku. Dulu kau datang karena suruhan Permaisuri. Tetapi seiring berjalannya waktu, kau tidak lagi melaporkan segala sesuatu tentangku pada Permaisuri karena kau takut aku marah. Aku berterimakasih atas hal ini." Ada ketakutan tak berdasar di hati kepala pelayan Wang. Dia mengatupkan bibirnya, lalu kemudian menjawab, "Apa pelayan ini berbuat salah tuan muda?" "Tidak, tidak, tidak." Baili Qing Shi merasa tindakannya salah. Tidak seharusnya dia memprovokasi lelaki tua itu "Aku hanya ingin mengatakan bahwa mungkin saja orang yang aku panggil Yifu itu adalah orang yang selama ini aku cari-cari." Baili Qing Shi mungetuk token militer yang telah dia tunjukkan pada kepala pelayan Wang, "Aku membutuhkan konfirmasi. Dia terlalu mirip dengan Xiao Ge ku." Yang dimaksud oleh Baili Qing Shi itu adalah kakak seperguruannya. Ya, dia adalah Wei Xiao Yue, putra Jenderal Wei yang dinyatakan meninggal tetapi tidak ada mayatnya ditemukan. "Jadi seperti itu." Kepala pelayan Wang mengangguk, suaranya kini terdengar sangat tenang, "Jika memang dia adalah putra mendiang Jenderal Wei, maka doa tuan muda pada Buddha benar-benar terkabulkan." Di ruangan lain yang ada di Baili Fu, diskusi serupa juga terjadi antara kakak-beradik tidak masuk akal, Wen Xiaobo dan Wen Wuyong. Wen Wuyong alias Ouyang Yuze sudah menantikan hal ini. Hatinya dipenuhi segala macam pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Wen Xiaobo. "Pernyataan pertama, kenapa kau tiba-tiba menjadi seorang Yifu?" Seperti yang diharapkan dari Ouyang Yuze, dia langsung menginterogasi Wen Xiaobo begitu Wen Xiaobo menarik nafas keduanya. "Itu karena karma. Aku menuai apa yang aku tanam." Suara Wen Xiaobo terdengar begitu lemas, "Yah, aku adalah Yifu sekarang." Jika bukan karena kebodohan dan kecerobohan Wen Xiaobo yang selalu memanggil Baili Qing Shi dengan sebutan 'nak', maka Baili Qing Shi mungkin tidak akan membalasnya dengan memanggilnya dengan sebutan 'Yifu'. "Lalu, kenapa kau menurut padanya? Ini tidak seperti kau yang selalu memberontak?" Ouyang Yuze mencibir, "Apa kau sekarang mengalah pada seorang bocah? Hmmph." Wen Xiaobo mengerti betul bahwa dia telah teledor. Untuk sesaat dia telah menjadi begitu bodoh, hingga dia tidak sadar bahwa token militer yang selalu berada digenggamannya, sekarang telah berpindah tangan ke tuan muda kaya raya yang benar-benar tidak masuk akal. Jadi ketika cibiran dari Ouyang Yuze terdengar sampai ke gendang telinganya, Wen Xiaobo hanya bisa menghela napas dan mengakui hal itu, "Dia mengambil sesuatu yang penting…." "Maksudmu…."Ouyang Yuze sudah tahu benda penting apa yang membuat seseorang seperti Wen Xiaobo itu memilih untuk mengikuti permainan kekanak-kanakan yang dimainkan oleh Baili Qing Shi. "Selain itu, bocah ini sepertinya telah mencurigai sesuatu. Berada di dekatnya adalah pilihan terbaik. Hanya saja…"Wen Xiaobo tersenyum pasrah saat dia berkata, "…aku merasa dia bukanlah ancaman. Untuk beberapa alasan, aku merasa bahwa Baili Qing Shi ini adalah orang yang tidak berbahaya." *_ Istana Daming, istana kekaisaran Tang Agung. Untuk memiliki beberapa selir dan Harem yang penuh dengan wanita adalah hal yang biasa bagi seorang Kaisar. Akan ada puluhan selir yang bahkan Kaisar sendiri tidak tahu nama-nama mereka. Tingkatan seorang selir biasanya akan ditentukan dari seberapa besar pengaruh dan kinerja mereka. Seorang selir yang tidak mendapatkan kasih sayang seorang Kaisar hanya akan berakhir di istana dingin yang berada di bagian timur Istana Daming. Tidak akan ada yang memperhatikannya, seolah-olah dia adalah manusia buangan yang tidak ada seorang pun yang tertarik padanya. Itulah sebabnya, seorang wanita yang menjadi bagian dari Harem Kaisar ini harus mampu menjaga eksistensinya agar dia tidak berakhir dalam kemalangan. Satu-satunya selir yang sangat disayangi oleh kaisar Li Wei adalah selir Mo Yun. Walau statusnya hanya sebagai seorang selir, tetapi dia adalah selir dengan peringkat tertinggi. Guifei adalah peringkat tertinggi yang bisa diberikan kepada selir. Dengan peringkatnya itu, maka Mo Guifei bisa dikatakan sebagai wanita nomor tiga di istana setelah Permaisuri dan janda permaisuri. Kesombongan wanita dari klan Mo itu semakin menjadi-jadi, bahkan tepat di depan wajah permaisuri Liu Lishu setelah dia berhasil menjadi ibu dari pewaris tahta. Bahkan setelah dua puluh tahun berlalu, permaisuri Liu Lishu tidak berniat untuk memiliki anak lagi. Dia tidak mau nasib yang sama, yang menimpa putranya, Li Lian, kembali terulang. Walaupun demikian, permaisuri Liu bukannnya sama sekali tidak menyayangi putra mahkota Li Jin. Walau bukan putra kandungnya, tetapi permaisuri Kaisar Li Wei itu selalu memperlakukan Li Jin seperti anaknya sendiri. "Aku mendengar bahwa Putra Mahkota membuat keributan lagi di luar?" Kaisar Li Wei tengah berbicara dengan abdi setianya. "Subjek ini menjawab Yang Mulia. Itu benar." Kata pengawal pribadi kaisar Li Wei. Kaisar Li Wei tidak bisa tidak mengehela napas panjang. Dia tidak tahu harus berbuat apa, "Ini salahku karena aku terlalu memanjakannya." "Yang Mulia, selain itu…." Kasim Xu tampak ragu ketika dia akan mengatakan sesuatu, takut jika Kaisar Li Wei akan marah. "Kali ini masalah apalagi?" Kaisar Li Wei rupanya telah paham dan mengerti. Ya tentu saja, Kasim Xu telah hidup dan menjadi pelayannya selama lebih dari dua puluh tahun, jadi wajar jika Kaisar negeri Tang itu tahu tabiat Kasim Xu. "Putra Mahkota, dia kedapatan tengah bermain di rumah bord-i-l." Kasim Xu menelan ludahnya, "Ini sebenarnya bukan kali pertama, Yang Mulia Putra Mahkota sudah beberapa kali keluar masuk rumah bord-i-l." Hal semacam ini bukanlah hal yang mengejutkan lagi bagi para warga ibukota Luoyang. Melihat Putra Mahkota yang berbuat onar dan sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang calon pemimpin, telah lama menjadi bahan tontonan warga ibukota. "Mamalukan!" Kaisar Li Wei berkata, "Panggil dia!" "Baik, Yang Mulia." Kasim Xu segera memerintahkan bawahannya untuk membawa Putra Mahkota ke istana Long Gong. Putra Mahkota Li Jin tengah berada di istananya sendiri saat pelayan dari istana Long Gong itu memanggilnya. Dia tahu betul bahwa ayahnya memanggilnya karena masalah yang telah ia sebabkan. Walau enggan untuk pergi ke istana Long Gong, Li Jin tentu saja tetap harus pergi kesana dan menerima kemarahan dari ayahnya. "Fu Huang, putra ini memberi salam." Putra Mahkota selalu takut jika dia harus menghadapi ayahnya. Walau kaisar Li Wei sendiri selalu memanjakan pewaris tahtanya itu, tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini, Kaisar mulai bersikap lebih tegas pada Li Jin. (Fu Huang: Ayah Kekaisaran/Imperial Father) Kaisara Li Wei menatap Li Jin yang masih membungkuk, dia berkata, "Jin'er, kau seharusnya tahu kenapa aku memanggilmu." "Ya Fu Huang! Putra ini bersalah! Mohon Fu Huang menghukumku." Ekspresi angkuh dan tidak peduli yang seharian tadi ditunjukkan oleh Li Jin kini telah sepenuhnya berubah menjadi eskpresi takut. Kaisar Li Wei, "Katakan, dengan cara apa aku harus menghukum seorang Putra Mahkota sepertimu?" Li Jin tidak menjawab, dia diam dan menunggu hukumannya. Dia tahu betul bahwa ayahnya tidak akan pernah menghukumnya dengan hukuman berat. Di masa lalu, kelalaian dan sikap sembrono dari Li Jin selalu berhasil ditutupi oleh Kaisar Li Wei. Kaisar Li Wei tentu tidak mau jika calon pewaris tahtanya akan dicap sebagai seorang tirani. Itulah orangtua, Kaisar Li Wei masih menaruh harap pada putra keduanya itu! Darah daging seorang Kaisar tentu tidak hanya satu saja. Memiliki banyak selir, mustahil jika seorang kaisar tidak memiliki setidaknya empat hingga lima putra. Tetapi Li Jin berbeda. Ya, walau dia bukanlah putra yang lahir dari rahim Permaisuri Kekaisaran, dia masihlah putra dari selir dengan peringkat tertinggi. Klan Mo Guifei benar-benar tidak bisa dianggap remeh. Menteri kehakiman memiliki kekuasaan yang memang tidak sebanding dengan kekuasaan keluarga permaisuri, tetapi jika dukungan dari menteri kehakiman dan klan Mo terhadap kaisar Li Wei berhenti, maka mati dengan status sebagai Kaisar negeri Tang akan sulit bagi Li Wei. Oleh karenanya, apapun yang dilakukan oleh Li Jin, Kaisar Li Wei akan selalu berusaha melindungi putranya itu. "Kasim Xu." Kaisar hanya melirik Kasim tua itu sekali, dan Kasim Xu sudah tahu apa tugasnya. "Yang Mulia, ini." Kasim Xu memberikan gulungan sutra pada putra mahkota Li Jin. Li Jin, "Fu Huang, ini…" "Perbatasan sedang kacau dan Jenderal kita hilang entah kemana." Kaisar Li Wei mengehela napas, "Pikirkan cara terbaik untuk pasukan kita agar menang. Ini adalah tugasmu sebagai Putra Mahkota. Pergilah ke perbatasan bersama panglima perang jika kau sudah menemukan solusinya. Waktumu tidak banyak putraku." "Ayah ini…" Wajah Li Jin memucat. Ini adalah kali pertama dia menerima hukuman yang lebih terkesan seperti siksaan. "Aku selalu memanjakanmu, tapi sekarang kau sudah dewasa." Kaisar Li Wei berkata, "Buktikan kemampuanmu. Pergilah." Tugas yang diberikan oleh Kaisar Li Wei pada Li Jin itu tentu saja bukanlah tugas yang mudah. Perang di perbatasan selalu tidak berhasil dimenangkan oleh pasukan Kekaisaran. Prestasi paling besar yang pernah diraih adalah bertahan tanpa kemenangan. Kemungkinan untuk menang bagi pasukan Tang Agung dibawah Kaisar semakin menipis setelah Jenderal kebanggaan negeri Tang menghilang entah kemana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN