Harem

1521 Kata
Melihat bayangan putranya pergi dari istananya, kaisar Li Wei yang tadi menunjukkan ekspresi wajah tegas dan berwibawa khas Kaisar, kini telah merubah ekspresinya menjadi ekspresi seorang ayah. "Kasim Xu, aku menyayangi putraku. Oleh karena itu aku harus tegas padanya." Kata kaisar Li Wei. Kasim Xu tidak menjawab dan kaisar Li Wei melanjutkan ucapannya, "Jika saja anak itu masih hidup, apakah dia akan berbeda dari Jin'er?" "Namanya Li Lian yang mulia." Suara lembut tiba-tiba menyapu telinga Kaisar Li Wei. Kaisar menoleh untuk kemudian menemukan permaisurinya telah berdiri di depan pintu. "Permaisuriku." Kaisar Li Wei masih terpaku, "Apa yang membawamu datang kemari?" "Li Jin telah mengatakannya padaku. Dia bertemu denganku di jalan dan mengatakan bahwa Yang Mulia menghukumnya." Permaisuri Liu duduk di sebuah kursi. "Anak itu, ini salahku karena terlalu memanjakannya." Kaisar Li Wei teringat ucapan permaisuri Liu Lishu sebelumnya, dia kembali berkata, "Li Lian? Siapa dia?" "Putra kita." Kata permaisuri Liu. Kaisar Li Wei tahu betul jika luka di hati permaisurinya masih ada. Walau sudah dua puluh dua tahun berlalu, permaisuri negeri Tang itu masih belum bisa melupakan kejadian menyedihkan yang menimpanya dan putranya. "Permaisuriku, sebaiknya kita jangan ungkit masalah ini lagi. Dia sudah pergi, dia…" Kaisar Li Wei tidak bisa melanjutkan ucapannya, kata-kata yang akan dia keluarkan tertahan di tenggorokannya. "Kaisar bisa mengingatnya, lalu kenapa aku tidak bisa?" Nada bicara permaisuri Liu memang selalu lembut, tetapi dibalik kelembutan itu, ada rasa sakit hati yang harus dia lampiaskan. Kaisar Li Wei, "Permaisuriku itu…." Bahkan sebelum Kaisar Li Wei menyelesaikan ucapannya, suara Kasim Xu yang terdengar sangat terburu-buru tiba-tiba terdengar, "Yang Mulia, Mo Guifei…" "Yang Mulia, kenapa anda tega mengirim Putra Mahkota ke perbatasan? Disana sangat berbahaya." Selir Mo benar-benar sudah melupakan di mana dia berdiri saat ini. Dia bahkan secara terang-terangan mengabaikan permaisuri Liu yang juga tengah berada disana. Kaisar Li Wei diam dan tidak mengatakan apa-apa. Walaupun dia adalah penguasa, tetapi melihat bagaimana etika selir kesayangannya itu benar-benar mencerminkan sikap seseorang yang sembrono, kaisar hanya bisa menyayangkan hal ini. "Sepertinya aku memang kurang mendidikmu. Harem yang tenang rupanya tidak mengindikasikan bahwa para wanita yang ada di dalamnya sudah bersikap selayaknya wanita Kekaisaran yang selalu anggun." Suasana hati permaisuri Liu sudah buruk ketika dia menghadap Kaisar. Kini, selir Mo telah berhasil membuat amarah permaisuri Liu yang anggun naik sampai ke dadanya. "Yang Mulia, maafkan aku. Aku…" Selir Mo menatap ke arah Kaisar, berharap jika Kaisar Li Wei mau membelanya. Tetapi setelah dia melihat Kaisar hanya menatapnya dengan tatapan jijik, selir Mo segera berkata, "Aku hanya khawatir pada Putra Mahkota, mohon yang mulia permaisuri tidak menyalahkan aku." Permaisuri Liu tidak perlu menyembunyikan rasa kurang sukanya pada selir Mo. Sejak dulu dia tahu bahwap Guifei itu selalu berlindung di balik Kaisar karena Kaisar mencintainya. Tapi hukum tidak memandang perasaan dan cinta! "Jika aku membiarkanmu, maka selir-selir lain di bawahmu akan melunjak!" Permaisuri Liu berdiri dari kursinya, dia berjalan mendekat ke arah selir Mo yang masih menolak untuk berlutut dan minta ampun padanya, "Kau memang ibu kandung dari Putra Mahkota, lalu kenapa? Secara hukum Kekaisaran, aku adalah ibunya. Dan atas ini, kau tidak bisa dengan semena-mena melupakan tingkatan kasta!" "Selir ini bersalah Yang Mulia!" Permaisuri Liu telah membawa Putra Mahkota ke masalah ini. Walau kedudukan Li Jin sudah kokoh, tapi selir Mo, selaku ibu yang melahirkan Li Jin, tentu saja tidak mau jika putranya mengalami hambatan. "Sesuai hukum Kekaisaran. Gajimu akan dipotong selama setahun. Salin kitab Buddha sebanyak lima puluh kali. Sebelum kau menyelesaikan hukuman 'ringan' dariku ini, kau tidak boleh keluar dari Paviliun timur." Permaisuri Liu, "Pelayan! Bawa selir Mo kembali ke Paviliunnya!" Setelah mengusir batu sandungan, saat permaisuri Liu berbicara mengenai niatannya datang ke istana Long Gong. Mulanya, dia ingin meminta Kaisar Li Wei untuk mempertimbangkan kembali perintahnya untuk mengirim Li Jin ke perbatasan, tetapi nampaknya, permaisuri Liu sudah merubah niatannya. "Setelah menimbang dan memikirkan, aku sekarang tahu kenapa Yang Mulia menghukum Putra Mahkota dengan hukuman berat ini." Memarahi selir Mo telah membuat tenggorokan permaisuri Liu kering, jadi dia terlebih dahulu meneguk teh hangat, lalu kemudian berkata, "Ini adalah cara yang mulia untuk mendewasakannya. Seorang pemimpin yang hanya tumbuh dengan ajaran konfusius, sastra, dan sacamnya, tanpa adanya pengalaman dari luar, itu sama halnya dengan seseorang tanpa satu kaki." "Aku sepenuhnya setuju dengan rencana ini Yang Mulia." Permaisuri Liu melanjutkan, "Ilmu bela diri Jin'er juga tidak rendah dan bisa dibilang sangat hebat. Dengan ini, dia juga bisa belajar. Selain itu, jika Putra Mahkota turun ke medan perang, maka sentimen negatif rakyat pada Putra Mahkota akan hilang." Inilah alasan Kaisar Li Wei tidak pernah bisa membenci permaisuri Liu sekalipun istri sahnya itu berasal dari klan Liu yang kuat. Semenjak kehilangan putra mereka, Kaisar Li Wei bahkan lebih sering memperhatikan permaisuri. Kesedihan yang dialami oleh permaisurinya itu adalah salah satu dari tanggungjawabnya, jadi bagaimana mungkin kaisar Li Wei lalai? Pujian melayang dari mulut Kaisar Li Wei, "Aku senang Permaisuriku karena kau selalu memikirkan Jin'er. Kasih sayangmu lebih masuk akal dari Mo Guifei." Permaisuri Liu tersenyum getir, dia berkata, "Walaupun Jin'er tidak lahir dari rahimku, tapi berdasarkan aturan Kekaisaran, dia tetaplah putraku. Aku melihat dia tumbuh, jadi aku juga ikut bertanggungjawab atas masa depannya." Setelah malam semakin larut, permaisuri Liu kembali ke istana Feng Gong. Dia tidak langsung tidur, pelayan setianya yang telah merawat permaisuri Liu selama lebih dari empat puluh tahun tidak bisa tidak bertanya, "Apa yang Yang Mulia pikirkan?" "Qiao Mama, mungkin dengan adanya rencana ini, kita bisa kembali menemukan putra Jenderal Wei." Ujar Permaisuri Liu. (Mama di sini berarti Bibi, bisa diartikan sebagai ibu asuh) Qiao Mama sudah seperti saudara bagi permaisuri Liu. Usianya sudah sangat rentan, tapi dia masih enerjik, "Di masa lalu, Yang Mulia tidak sempat bertemu dengan putra mendiang Jenderal Wei karena laki-laki itu selalu menghabiskan waktunya di medan perang. Dan saat perang di Jiangnan berhasil dimenangkan olehnya, dia tiba-tiba menghilang bersama wakilnya." Permaisuri Liu selalu merasa berhutang pada mendiang Jenderal Wei. Dan setelah mencari tahu, permaisuri Liu akhirnya mendapatkan berita bahwa putra satu-satunya sang Jenderal masih hidup. Dan kini, putra itu telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang perkasa. Hanya saja, putra Jenderal Wei itu kehilangan ingatannya. Trauma akan kehilangan ayahnya di medan perang, membuat putra Jenderal Wei kehilangan semua ingatannya. Tidak ada yang tahu alasan dibalik menghilangnya Jenderal muda itu. Diketahui dia menyerahkan plakat harimau yang sebelumnya memang dimiliki oleh seorang Jenderal Militer istana kepada Kaisar. Tapi Bukan itu masalahnya. Alasan terbesar Kaisar Li Wei ingin menemukan Jenderal muda itu adalah token militer yang dimilikinya. Ya, itu adalah token militer yang sebelumnya diberikan oleh permaisuri Liu pada mendiang Jenderal Wei Su. "Qiao Mama, apa ada kabar dari Bai Fu? Bagaimana kabar putraku?" Tanya permaisuri Liu. Qiao Mama tersenyum, "Seperti biasa, kepala pelayan Wang melaporkan bahwa Putra..maksudku, bahwa tuan muda menolak hadiahnya. Hanya saja…" "Hanya saja apa?" Permaisuri Liu sudah tidak kaget ketika dia mendengar bahwa putranya itu menolak semua hadiah ulang tahun yang diberikan olehnya. Tapi walaupun begitu, permaisuri Liu sama sekali tidak pernah merasa kapok untuk mengirimkan hadiah pada Baili Qing Shi. Qiao Mama menuntun permaisuri Liu ke tempat tidurnya, keduanya duduk di tepi tempat tidur. Qiao Mama, "Tuan muda membawa seseorang ke Fu-nya. Dan katanya, orang itu adalah Yifu-nya." "Yifu?" Permaisuri Liu terlihat penasaran. Qiao Mama mengangguk, "Ya, sebenarnya ada tiga orang." Permaisuri Liu, "!!!" "Kepala pelayan Wang mengatakan bahwa orang yang menjadi Yifu tuan muda adalah seorang pemuda yang usianya tidak terlalu tua. Dia bisa dikatakan sebagai seorang laki-laki muda yang cantik. Dia…." Permaisuri Liu mengerutkan keningnya, "Cantik?" Qiao Mama, "Kepala pelayan Wang yang mengatakan hal itu. Orang kedua adalah Dashu, tuan muda memanggilnya Dashu karena dia adalah adik dari Yifu-nya. Sementara orang ketiga hanyalah anak-anak. Kepala pelayan Wang pernah melihat anak ini. Dia hanyalah seorang anak yang pernah dibantu oleh tuan muda." Melihat ekspresi khawatir dari permaisuri Liu, Qiao Mama segera berkata, "Yang Mulia tidak perlu khawatir, karena menurut kepala pelayan Wang, ketiga orang itu adalah orang yang baik. Dan juga, melihat kecerdasan dari tuan muda, dia pasti telah memikirkan hal ini." "Aku tidak pernah melihatnya secara langsung. Aku hanya tahu wajahnya dari lukisan. Itupun hanya gambar. Tapi sebagai ibu, aku tahu Qiao Mama…" Permaisuri Liu tersenyum, "Aku tahu kalau putraku bukanlah orang yang sembrono. Dia pasti punya alasan tersendiri. Aku percaya pada penglihatannya." *_ Bai Fu, kediaman Baili Qing Shi. Manusia tidak waras, Wen Wuyong, tiba-tiba masuk dan menerobos ke kamar Wen Xiaobo. Wen Xiaobo yang terlalu peka dan lebih mirip dengan anjing penjaga dibandingkan dengan manusia normal, nyaris menebas leher adik gadungannya itu menggunakan pisau melon. (Pisau yang digunakan untuk memotong buah) Wen Xiaobo, "Kau sudah bosan hidup?" "Aiya! Itu tidak penting." Wen Wuyong duduk, tapi tidak menyalakan lilin. Dia mengeluarkan sepucuk surat dari dalam bajunya, "Berita dari istana." Wen Xiaobo menyipitkan matanya, dia mengambil surat dari Wen Wuyong itu dan mulai membaca. Pupil matanya membesar ketika dia berusaha membaca di ruangan gelap dan hanya mengandalkan cahaya bulan. Wen Xiaobo meremas surat itu dan memasukkannya ke dalam bajunya, "Kaisar akan mengirim Putra Mahkota ke perbatasan?" Mata elang Wen Xiaobo tiba-tiba bereaksi. Dia secara spontan menendang pintu dan menodongkan pisau melon. Di balik pintu dia melihat sosok Baili Qing Shi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN