Yifu and Gege

2178 Kata
Saat Baili Qing Shi dan Wei Xiao Yue kembali ke gudang senjata di desa Bai Yue Pan, itu sudah tengah malam sekali. Sudah sepi dan bahkan tidak ada satu orang pun yang terlihat mondar mandir. “Ini sudah pukul satu malam. Yifu, bagaimana kalau kita beristirahat dulu?” Kata Baili Qing Shi. Kondisi Wei Xiao Yue memang benar-benar terlihat tidak baik. Bibirnya bahkan sudah membiru, mengindikasikan bahwa dia sudah kedinginan. Tapi dimana mereka bisa tinggal? Penginapan di desa Bai Yue Pan sudah tutup sejak tadi. “Untuk sementara, kita akan tinggal di gudang senjata ini saja.” Kata Baili Qing Shi seraya menawarkan saran. “Aku akan membuat api unggun, apakah Yifu keberatan?” “Apa yang harus aku beratkan? Aku terbiasa tidur di medan perang dan jalanan. Aku bahkan lebih mengkhawatirkan tuan muda Baili yang terbiasa tidur di dalam kamar mewah beraroma cendana.” Canda Wei Xiao Yue. Baili Qing Shi, “…” Keduanya masuk ke dalam gudang senjata yang telah kosong itu. Wei Xiao Yue tengah duduk di sebuah tikar jerami buatannya sendiri sementara Baili Qing Shi membuat api unggun dari jerami yang ada di sana. Baili Qing Shi lagi-lagi mendapati sesuatu yang tidak terduga, tapi dia tidak mau mengatakan opininya itu pada Yifu-nya, takut jika Wei Xiao Yue akan bersemangat lagi jika dia sampai mendengar pendapat Baili Qing Shi. Api unggun menyala dengan sangat cepat, itu bahkan berhasil sekali coba. Wei Xiao Yue tidak bisa tidak memuji, “kau berbakat dalam hal menyalakan api.” “Sebenarnya tidak juga,” balas Baili Qing Shi. Tidak banyak yang tahu jika tuan muda Baili tidak bisa menyalakan api. Itu mungkin salah satu kelemahan yang tidak pernah diketahui oleh banyak orang. Begitu dia memegang pemantik atau batu untuk dia gunakan menyalakan api, maka jangan harap akan ada kembang api walaupun itu hanya sedikit. Keberhasilan Baili Qing Shi kali ini karena sesuatu yang ditemukannya. Wei Xiao Yue yang sudah meringkuk dan memeluk lututnya tiba-tiba mengeluarkan sepotong roti bulat besar dari dalam bajunya. Dia membaginya menjadi dua dan berkata, “kau belum makan sejak tadi. Kau pasti lapar karena berlarian ke sana kemari kan?” Baili Qing Shi mengambil setengah roti bulat itu. Dia memanggil potongan yang lebih kecil, “Yifu rupanya kabur dari penginapan.” “Bagaimana kau mengetahuinya?” Tanya Wei Xiao Yue dengan suara malas. “Kau tidak memiliki waktu untuk membeli roti pipih bulat ini. Roti ini biasanya disedikan oleh penginapan untuk penghuni kamar khusus.” Baili Qing Shi tiba-tiba menunjuk pergelangan tangan Wei Xiao Yue, “pergelangan tanganmu sangat putih, dan aku melihat ada belas ikatan di sana. Percaya atau tidak, Wakil Jenderal Ouyang pasti sedang murka sekarang.” Wei Xiao Yue menghangatkan rotinya di api unggun. “Itu sudah pasti. Dia akan mengomeliku begitu kita melihatnya lagi nanti.” Baili Qing Shi cukup iri pada Ouyang Yuze yang bisa tumbuh bersama Wei Xiao Yue. Jika di masa lalu Wei Xiao Yue tidak pergi ke Jiangnan untuk berperang, mungkin dia akan menjadi orang yang paling tahu dan mengenal Wei Xiao Yue. “Xiao Ge, aku akan memanggilmu seperti ini karena hanya ada kita berdua sekarang.” Baili Qing Shi berkata, “aku selalu penasaran akan hal ini. Kenapa Wakil Jenderal sangat berani padamu? Melihat kesetiaannya padamu, aku yakin kalian telah melewati hidup dan mati.” Wei Xiao Yue mulai mencari kenangan lamanya yang bodoh bersama Ouyang Yuze, “kami besar di kamp militer bersama dan melewati hidup dan mati bersama. Aku tidak pernah menganggap dia sebagai bawahanku, dia adalah saudara bagiku. Walau dia cerewet, tapi Ouyang Yuze adalah orang yang baik.” Baili Qing Shi mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Sebaliknya, Wei Xiao Yue ingin menanyakan sesuatu pada Baili Qing Shi, hanya saja itu mungkin tidak akan terlalu baik untuk ditanyakan. “Hmm, Xiao Baili, itu..” Wei Xiao Yue tidak meneruskan pertanyaan utamanya, dia segera mengunyah pertanyaannya di detik-detik terakhir. Pertanyaannya telah dia ubah menjadi, “Apakah kau tidak memiliki kekasih? Kau sudah berada di usia menikah.” Lelucon ini sangatlah murahan. Bagaimana mungkin dia menyuruh Baili Qing Shi yang beberapa tahun lebih muda darinya untuk menikah sementara Wei Xiao Yue sendiri masih belum memiliki istri? Baili Qing Shi yang cerdas berkata, “Yifu tidak bisa membodohiku. Kita sudah membahas ini sebelumnya, aku hanya ingin bersenang-senang sekarang dan tidak ingin memikirkan hal itu.” “Tanyakan saja apa yang ingin Yifu tanyakan padaku. Jangan sungkan,” Baili Qing Shi telah menghabiskan rotinya, dia sekarang menyeka mulutnya menggunakan telapak tangannya sendiri. Wei Xiao Yue sudah memikirkan hal ini dan dia benar-benar penasaran tentang perasaan Baili Qing Shi pada orangtuanya. Dia tidak lahir dari batu, dia tahu bahwa dia adalah anak kandung dari Kaisar dan Permaisuri Negeri Tang. Dia diramalkan membawa kutukan, itulah sebabnya dia dibuang dan bahkan berniat dilenyapkan ketika Baili Qing Shi baru lahir. Tapi itu kan dulu, itu dulu sekali dan sekarang sudah berbeda. Jika Baili Qing Shi mengatakan bahwa dia tidak mau kembali ke orangtuanya karena dia takut keselamatannya terancam, maka Wei Xiao Yue akan rela mengantarkannya sampai ke tahta. Wei Xiao Yue sudah memiliki pemikiran ini semenjak dia tahu bahwa putra angkatnya adalah Putra Mahkota Li Lian yang dibuang dua puluh dua tahun yang lalu. Melihat bagaimana ketidakbecusan Li Jin, mustahil bagi Wei Xiao Yue tidak berniat untuk membawa Baili Qing Shi merebut tahta. Tapi karena Baili Qing Shi tidak pernah mengungkit hal ini, Wei Xiao Yue juga tidak mau memaksanya. “Melihat Xiao Ge terlihat sangat ragu-ragu, maka biarkan aku menjawab pertanyaan yang ingin kau tanyakan itu.” Ujar Baili Qing Shi secara tiba-tiba. Wei Xiao Yue mengangkat alisnya, “kau tahu apa yang ingin aku tanyakan padamu?” Baili Qing Shi tersenyum dan berkata dengan lembut. “Wei Xiao Yue adalah orang yang tidak memiliki rasa malu. Dia akan mengeluarkan semua kata-katanya tanpa peduli bagaimana perasaan orang lain. Tapi kau tidak begitu padaku Xiao Ge.” Baili Qing Shi melihat api unggun yang menyala-nyala, “Kau ingin tahu tentang aku dan orangtua ku kan?” “Kau tidak perlu membahasnya jika kau tidak mau. Aku tidak akan memaksanya.” Wei Xiao Yue juga menatap api unggun yang menyala-nyala. “Aku juga manusia yang memiliki hati. Suatu kebohongan jika aku mengatakan bahwa aku tidak merindukan mereka. Melihat bagaimana anak-anak tumbuh besar bersama ayah dan ibu mereka, aku merasa iri tentunya.” Baili Qing Shi tersenyum lembut, tapi dia tidak menatap Wei Xiao Yue yang sedang menatapnya. Baili Qing Shi tersenyum karena dia tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Xiao Ge-nya. Selang beberapa saat, Baili Qing Shi melanjutkan ucapannya, “aku benar-benar iri pada Li Jin yang selalu bisa menyebutkan ‘ayah kekaisaran’. Aku iri padanya yang bisa melihat ayah dan ibunya.” Jika Baili Qing Shi tidak dibuang atau berniat dimusnahkan, maka pasti tempat Li Jin itu akan menjadi miliknya. Itu tempatnya sejak awal. Gelar Putra Mahkota sejak awal adalah miliknya. Dia terlahir sebagai seorang pewaris tahta dua puluh tahun yang lalu. Lalu kenapa?! Lalu kenapa jika Baili Qing Shi adalah Putra Mahkota Li Lian, sekarang itu samasekali tidak berarti lagi! “Walaupun begitu aku tidak akan meminta lebih dan berharap lagi. Aku memiliki Wei Xiao Yue di sisiku. Aku punya Yifu dan Gege, aku bahkan memiliki Dashu dan Didi. Ada paman Wang dan para bibi.” Baili Qing Shi berkata, “kalian tidak tergantikan. Jadi aku tidak akan mengharapkan apapun.” Wei Xiao Yue tersenyum lebar dan berkata, “kau benar nak. Kau memiliki aku sekarang. Aku, Wei Xiao Yue, adalah Yifu sekaligus Gege bagimu. Aku tidak akan membiarkan mereka berbuat ulah pada putraku! Jangan memikirkannya lagi!” Wei Xiao Yue merasa bersalah karena telah mengungkit hal ini dari Baili Qing Shi. Wei Xiao Yue merasa bersalah karena dia telah memuaskan rasa penasarannya dengan bertanya pada Baili Qing Shi. “Kipas tulang itu,” Wei Xiao Yue memasang ekspresi yang rumit di wajahnya. “Kau bisa memilikinya.” “Hah? Benarkah?” Baili Qing Shi dengan riang berkata, “kalau begitu aku tidak akan sungkan untuk menerimanya. Yifu, aku benar-benar akan menghargainya. Semua yang kau berikan padaku, putra ini tidak akan pernah menghilangkannya!” Wei Xiao Yue mulai bersandar di dinding kayu dan memejamkan matanya. “Tidur. Kita akan mulai menyelidiki hal lain esok hari.” “En.” Kata Baili Qing Shi. Jauh di lubuk hati Baili Qing Shi dia tentunya tahu bahwa itu hanyalah semacam penghibur yang diberikan oleh Wei Xiao Yue padanya. Bentuk penghiburan agar Baili Qing Shi tidak lagi merasa sedih. Baili Qing Shi, “Terimakasih Yifu.” Wei Xiao Yue, “tidur!” “Oh, selamat malam.” Kata Baili Qing Shi lagi. */ Di malam yang sudah larut, istana Putra Mahkota masih belum padam. Li Jin dengan dedikasinya benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Ini jarang terjadi, tapi karena takut jika Kaisar Li Wei akan menghukumnya dengan berat, Li Jin memutuskan untuk belajar lebih giat. Permintaannya untuk menjadikan Wei Xiao Yue sebagai gurunya sudah ditolak mentah-mentah oleh Kaisar Li Wei. Dan sebagai gantinya dia mendapatkan shifu yang direkomendasikan langsung oleh Kaisar Li Wei. Shifu baru Putra Mahkota Li Jin itu adalah salah satu sarjana terbaik yang pernah menjadi pencetak gol terbanyak saat ujian Kekaisaran. Dia juga berasal dari keluarga cendikiawan yang terkenal tidak pernah memihak dan ikut campur dalam urusan politik. Dia adalah Hai Shu, seorang guru besar dari klan Hai. Hai Shi bertugas mengajarkan sastra dan juga politik pada Li Jin. Semua pelajaran yang menyangkut kepemimpinan dan juga aturan politik akan diajarkan pada pewaris tahta. Hanya saja walaupun Li Jin telah mendapatkan guru privatnya, dia masih belum menemukan guru untuk melatihnya bela diri. Selain Wei Xiao Yue, Li Jin tidak menginginkan siapapun. Kemampuan bela diri Jenderal Wei Junior memang tidak pernah diragukan lagi. Tapi sayang, dia tidak pernah menerima satu murid pun. Bahkan Li Jin yang sejatinya adalah Putra Mahkota ditolaknya mentah-mentah. Pintu ruang pribadi Li Jin di istana Putra Mahkota tiba-tiba terketuk. Kasim kecilnya, Ge Qing Jin datang untuk mengatakan sesuatu. “Ada apa?” Tanya Li Jin. “Yang Mulia, ini sudah larut, tapi Yang Mulia masih menolak untuk beristarahat.” Gonggong itu dengan suara lembut berkata, “Yang Mulia Putra Mahkota baru saja sembuh dari sakit, jadi b***k ini takut jika Yang Mulia akan jatuh sakit. Hamba membawakan kudapan dan anggur hangat untuk Yang Mulia.” Li Jin masih fokus pada buku-buku di atas meja belajaranya, dia berkata tanpa melirik ke arah Ge Qing Jin, “tidak perlu. Aku hanya akan mengantuk dan mabuk jika aku minum anggur.” Ge Qing Jin masih belum menyerah, dia merendahkan suaranya saat dia berkata, “Yang Mulia akan terjaga kali ini. Anggur ini memiliki keindahan yang istimewa.” Mendengar kata “keindahan”, Li Jin langsung mengalihkan pandangannya dari buku-buku sastranya. Dia melihat seorang wanita muda yang berdiri di belakang Ge Qing Jin sembari membawa nampan. Ge Qing Jing secara otomatis mundur dan berkata, “silahkan Yang Mulia menikmati kudapan malam ini.” Begitu selesai membungkuk, Ge Qing Jing langsung mundur dan keluar dari ruangan pribadi Li Jin, meninggalkan Li Jin dengan keindahan yang bernyawa itu. Li Jin, sekuat apapun tekadnya, dia masih akan tetap runtuh jika berhadapan dengan wanita cantik. Ya, itulah yang terjadi saat ini. Wanita muda itu berjalan mendekat ke arah Li Jin, menuangkan segelas anggur hangat dan memberikannya pada Li Jin. Li Jin secara mengejutkan menolak menerima gelas berisi anggur itu. “Siapa namamu?” Kata Li Jin pada wanita itu. Wanita itu menggigit bibir bawahnya yang merah, terlihat ketakutan tapi menggoda di waktu yang bersamaan. Dengan suaranya yang lembut dia menjawab, “hamba dipanggil Chu Hua. Hamba pelayan di biro penjahit istana.” “Chu Hua,” Li Jin diam sejenak, dia kemudian merebut gelar anggur itu dari tangan Chu Hua. Anggur itu sedikit tumpah ke pakaian Chu Hua, membuat bagian atas pakaian berwarna putih itu menjadi kotor. “Minumlah.” Kata Li Jin pada Chu Hua. Chu Hua sedikit kebingungan saat dia mendapatkan perintah ini, tapi dia tetap harus melakukan perintah Li Jin. Chu Hua dengan berhati-hati meminum anggur itu. Li Jin masih menatapnya, tatapannya kini menyerupai hewan buas yang siap menerkam mangsanya. Dan begitu Chu Hua melepaskan bibirnya dari gelas itu, bibir Chu Hua yang merah langsung diterkam oleh Li Jin. Li Jin bahkan tidak memberi kesempatan untuk Chu Hua melawan. Melawan Putra Mahkota berarti harus siap dihukum, jadi Chu Hua hanya bisa diam saat Li Jin menjilat sisa-sisa anggur di gigi dan lidahnya. Setelah bibir keduanya terjalin selama sepuluh menit tanpa istirahat yang mendalam, Li Jin akhirnya melepaskan Chu Hua. Chu Hua terengah-tengah dan nampak seperti kehabisan napas. Li Jin menatapnya lekat-lekat saat dia berkata, “Chu Hua, bajumu kotor karena terkena anggur.” Chu Hua menatap bajunya yang sudah berwarna merah anggur tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Li Jin menyentuh dagu Chu Hua dan mengangkatnya, dia berkata, “biarkan Yang Mulia ini melepaskannya untukmu.” Dari luar terlihat bahwa lilin yang semula menyala terang dari kamar Putra Mahkota akhirnya padam. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam, tapi suara bantal jantuh dan tempat tidur yang berderit terdengar sampai ke luar. Suara Chu Hua yang indah terdengar tidak jelas dan ambigu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN