Wen Xiaobo and Useless Ouyang

1402 Kata
Ekspresi tenang di wajah Wen Xiaobo sama sekali tidak berubah sama sekali ketika dia mendengar tiga pertanyaan dari Baili Qing Shi itu. Sudut bibirnya melengkung, menunjukkan senyuman yang elegan. Tunawisma Wen berkata, "Seperti kata para rakyat ibukota, aku adalah tunawisma. Namaku Wen Xiaobo. Tidak alasan lain mengapa aku mencuri token itu, hanya saja benda itu terlihat sangat mahal, jadi aku memutuskan untuk mencurinya. Dan untuk pertanyaan tuan muda yang ketiga…" Wen Xiaobo mencibir, "..aku rasa itu sudah terjawab saat aku menjawab pertanyaan kedua mu." Baili Qing Shi tentu saja tidak akan mempercayai ucapan Wen Xiaobo itu semudah meludahkan biji teratai dari mulutnya. Tangannya yang ramping mempermainkan token itu ketika dia berkata, "Ah? Benarkah? Wen Xiaobo mengangguk, menunjukkan ekspresi bodohnya, "Benar sekali." Baili Qing Shi berjalan perlahan, jarak antara dia dan Wen Xiaobo semakin dekat, "Tuan muda Wen terlalu merendah. Kau terlalu tampan untuk menjadi seorang tunawisma. Selain itu, dari caramu berbicara padaku tadi, itu sama sekali bukanlah gaya bicara dari seorang tunawisma. Kau terlalu berpendidikan tuan muda Wen." "Aku hanya beruntung bisa mengikuti sekolah rakyat walau sesekali harus menerima pukulan dari petugas karena tidak membayar biaya pendidikannya." Kata Wen Xiaobo. Baili Qing Shi tidak pernah sekalipun kehabisan kata-kata ketika dia sedang berargumen dengan seseorang. Dia adalah tipikal manusia yang memiliki lidah tajam dan lihai. Bermain kata-kata adalah keahliannya, "Kalau memang seperti itu aku tidak akan bertanya lagi. Lalu, karena tuan muda ini sepertinya hanya menginginkan uang karena melihat token ini yang tampak mahal, maka biarkan aku membelinya. Aku akan memberikan harga berapapun." Wen Xiaobo benar-benar ingin memukuli orang yang sedang berbicara di depannya itu. Tidak ada cara lain, menebalkan mukanya adalah pilihan terbaik. Berharap pemuda bermarga Baili itu tidak memiliki banyak uang. "500 tael perak." Kata Wen Xiaobo dengan ekspresi tak tahu malu. Baili Qing Shi tersenyum, ekspresinya benar-benar sulit untuk dibaca. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang, tapi Wen Xiaobo yang melihat ini benar-benar berharap bahwa pemuda yang nampak jauh lebih muda darinya itu akan menolak tawarannya. "Kau terlalu keterlaluan tuan muda Wen. 500 tael perak hanya untuk benda kecil ini? Aku tidak mau!" Kata Baili Qing Shi. "Lalu kemudian berikan barang itu padaku. Aku akan menjualnya di tempat lain." Wen Xiaobo mulai bergerak dan merampas token itu dari tangan Baili Qing Shi. Dengan kecepatan seperti angin, token itu segera berada di tangan Wen Xiaobo. Wen Xiaobo menyeringai cerah, "Dapat!" Tunawisma merepotkan itu melambai dan berteriak pada Baili Qing Shi, "Jangan tiru aku dan mengambil barang milik orang lain nak!" Dalam sekejap bayangkan tunawisma itu mulai menghilang. Baili Qing Shi masih menatap ke arah Wen Xiaobo yang sudah benar-benar lenyap ke hutan bambu, "Kita akan bertemu lagi. Kau terlalu misterius tuan muda Wen." Baili Qing Shi memutar arahanya dan berniat kembali ke Fu-nya, tapi dia tiba-tiba berbalik dan mencibir, "Siapa yang dia panggil 'nak'?" Baili Qing Shi memiliki keterampilan bela diri jauh di atas rata-rata, lalu kenapa dia dengan mudah membiarkan Wen Xiaobo merampas token itu darinya? Jelas itu hanyalah kesengajaan yang dibuat oleh Baili Qing Shi. Baili Qing Shi hanya ingin mempertaruhkan keberuntungannya. Dia tentu saja tahu alasan dibalik dibuangnya dirinya dari istana, bukankah itu karena dia adalah putra mahkota yang sial? Jadi Baili Qing Shi akan mempertaruhkan keberuntungannya di sini. Jika dia tidak memberikan token itu kembali pada Wen Xiaobo, maka dia tidak akan tahu alasan sebenarnya mengapa tunawisma itu mencuri token yang seharusnya ada pada menteri kekaisaran. Tapi di lain sisi, memberikan token itu tanpa bisa bertemu dengan Wen Xiaobo lagi adalah suatu bentuk kesialan yang akan menjadi resiko bagi Baili Qing Shi. Singkat kata, Baili Qing Shi hanya menuruti Intuisinya. Membiarkan takdir mengatur pertemuannya dengan Wen Xiaobo di lain waktu. *_ Wen Xiaobo, tunawisma merepotkan, yang telah bebas dari gangguan pria muda bermarga Baili itu kini tengah berjalan ke arah timur. Langkah kakinya kian stabil setelah dia sampai di sebuah rumah kecil yang terletak tidak jauh dari pusat ibukota Luoyang. "Kau sudah kembali? Apa yang kau dapatkan kali ini?" Seorang laki-laki berusia sama dengan Wen Xiaobo bangun dari bangku kayu. Wen Xiaobo melirik laki-laki itu, dia kemudian mengarahkan pandangannya ke dapur, "Kau belum masak?" "Bukankah kau tahu kalau aku tidak bisa melakukan hal itu. Begitu aku menyalakan api, rumah reot ini pasti akan terbakar." Laki-laki itu menjawab dengan suara malas. Buku antropologi puisi dengan judul "Seratus puisi Tang", kembali menutupi fitur tampan laki-laki yang mengaku tidak bisa memasak itu. "Kau memang Ouyang tidak berguna!" Wen Xiaobo mencela, tetapi dia masih baik hati ketika dia berkata, "Lalu apakah kau sudah makan siang?" "Belum." Kata 'Ouyang tidak berguna.' Wen Xiaobo menggelengkan kepalanya, dia merasakan sakit kepala secara tiba-tiba. Beruntung ini bukan kali pertama 'tunawisma merepotkan Wen' menghadapi pria bernama 'Ouyang tidak berguna' itu. "Tidak perlu khawatir. Jangan terlalu marah padaku. Aku memang tidak bisa memasak, tetapi aku telah berhasil mendapatkan dua ayam hutan. Kau bisa memasaknya menjadi sup, ah…" 'Ouyang tidak berguna' menambahkan, "..jangan lupa untuk memasukkan beberapa cabai." Wen Xiaobo, "Aku akan memasukkan racun." Pria bernama 'Ouyang tidak berguna' itu adalah pria yang berusia sama dengan Wen Xiaobo. Hanya saja, dia lebih muda beberapa bulan. Dan karena hal ini pulalah, 'Ouyang tidak berguna' itu selalu memanfaatkan usianya yang lebih muda. Bernama lengkap Ouyang Yuze, laki-laki itu memiliki beberapa keterampilan lain. Dia pandai berburu, ilmu bela diri yang tinggi, serta keterampilan sastra yang hampir menyamai penyair Du Fu*. (* Penyair terkenal di era dinasti Tang) Ada kelebihan, ada pula kekurangan. Ouyang Yuze sama sekali tidak bisa memasak. Dia hanya bisa memasak air. Wen Xiaobo bahkan sudah menyerah untuk mengajari Ouyang Yuze bagaimana caranya memasak. Pria bermarga Ouyang itu hampir membakar dapur di rumah reot yang kini ditinggali oleh mereka saat dia mencoba untuk memasak bubur di saat Wen Xiaobo sakit. Wen Xiaobo hanya memiliki satu doa yang dilantunkannya untuk Ouyang Yuze saat dia pergi ke kuil Buddha setahun sekali. Wen Xiaobo berharap bahwa Ouyang Yuze tidak akan mati karena kelaparan! "Jangan hanya membaca puisi! Apa yang ingin kau lakukan? Kau hanya keluar masuk rumah dan hutan setiap harinya. Jika kau tidak pandai berburu, maka aku pasti sudah menendangmu dari rumah ini!" Wen Xiaobo mengomel sembari menata piring, "Bantu aku. Kau kan muda, begitu kuat dan perkasa. Angkat panci berisi sup ayam itu! Tangan **Gege ini kelelahan!" (**Gege: Kakak laki-laki) Ouyang Yuze, "…." Kedua pria normal tanpa istri itu makan dengan lahap, tidak mengatakan apapun karena mulut mereka penuh dengan makanan. "Yang memasak tidak mencuci piring. Ini tugasmu." Wen Xiaobo memprotes, "Kali ini, jika aku mendengar ada piring yang jatuh atau guci porselen yang pecah..., maka aku akan benar-benar membunuhmu." "Ah iya iya, kau cerewet sekali. Apa kau seorang nona muda?" Ouyang Yuze mengambil tumpukan piring dan segera melakukan pekerjaannya. 'Ouyang tidak berguna' dengan hati-hati membilas piring menggunakan air bersih. Dia membutuhkan waktu sekitar lima hingga tujuh dupa untuk mencuci dua piring makan, dua cangkir teh, satu guci air, dan beberapa sumpit serta sendok kayu. Benar-benar membuang-buang waktu. (Waktu satu dupa sama dengan lima menit) Wen Xiaobo tengah berada di dalam ruangannya saat 'Ouyang tidak berguna' masuk. Ada semangka yang dibawa oleh Ouyang Yuze. "Makanlah, bibi penjual semangka di pasar memberikanku secara percuma." Ouyang Yuze mengambil sepotong semangka dan mengunyahnya, mirip seperti sapi yang kehausan. Wen Xiaobo, "…." Wen Xiaobo bukannya tidak menyukai semangka, dia sangat menyukai buah itu. Selain itu, semangka yang dibawa oleh Ouyang Yuze ini sangatlah merah, menunjukkan bahwa rasanya pasti manis. Hanya saja…. "Bagaimana caramu memotong buah ini?" Wen Xiaobo menunjuk buah bernama 'semangka' yang lebih mirip dengan labu yang hancur itu dengan ekspresi berduka. "Aku menggunakan batu yang biasa kau gunakan untuk menumbuk ramuan." Ouyang Yuze mengunyah beberapa potong lagi. Wen Xiaobo ingin mengunyah Ouyang Yuze dan meludahkannya ke tanah, "Kenapa kau tidak menggunakan pisau? Kau merusak semangka ini! Lihatlah, ini nampak sangat menyedihkan!" "Pisau itu? Itu patah." Ouyang Yuze tersenyum dengan ekspresi canggung. Wen Xiaobo sudah akan meledak, dia menghela napas, memikirkan hal-hal indah untuk tidak memaki si 'Ouyang tidak berguna' dan tidak tahu diri itu. "Lalu kenapa kau tidak menggunakan pedangmu?" Wen Xiaobo akhirnya mengambil sepotong semangka hancur dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Mana mungkin? Pedangku adalah pedang terbaik. Aku mendapatkannya ketika aku lolos…" Wen Xiaobo, "Yuze!" Ouyang Yuze segera menutup mulutnya rapat-rapat, "Maafkan aku. Aku tidak sengaja." "Tidak ada lain kali. Jangan sampai ceroboh." Kata Wen Xiaobo, "Jangan pernah menyebutkan hal-hal yang ada di masa lalu. Kau memutuskan untuk pergi bersamaku, jadi kau harus mengikuti peraturanku." Ouyang Yuze, "Dimengerti."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN