Baili Qing Shi kembali ke Fu-nya tepat saat matahari hampit tenggelam. Pemuda tampan itu menghabiskan seharian penuh harinya di luar Fu. Dia benar-benar tidak berniat untuk merayakan hari lahirnya bersama dengan tumpukan hadiah yang telah dikiriman secara khusus untuknya.
"Paman Wang, aku pulang." Baili Qing Shi membuka pintu gerbang Fu-nya.
Sepi. Kemana semua orang?
Bukan karena tidak ada orang atau karena semua pelayan tuan muda Baili Qing Shi kabur, itu karena usia mereka sudah sangat tua. Rata-rata usia pelayan yang bekerja di Fu Baili Qing Shi adalah manusia berusia sekitar separuh abad atau lebih. Jadi wajar saja jika tidak ada suara menjawab salamnya.
Baili Qing Shi langsung menuju ke kamarnya, menyalakan lilin, sebelum akhirnya pergi ke sebuah ruangan yang berada di dalam kamarnya. Ya, ada pintu ke ruangan lain di kamar Baili Qing Shi.
Setelah menyalakan lilin, ruangan itu akhirnya terang. Ada dua tablet di atas sebuah meja persembahan yang penuh dengan buah-buahan segar. Salah satu tablet bertuliskan "Jenderal Wei," sementara yang lain bertuliskan "Xiao Gege."
Kedua tablet peringatan itu adalah tablet yang sengaja dipajang oleh Baili Qing Shi untuk upara persembahan. Tidak ada abu mayat sang pemilik nama di masing-masing tablet itu karena sejatinya mayat kedua orangtua itu tidak pernah ditemukan.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, Baili Qing Shi mengambil beberapa dupa untuk kemudian dia nyalakan dan dia letakkan di *Hiolo perak. Asap keluar dari masing-masing dupa.
(Hiolo: gentong abu tempat untuk menancapkan dupa ketika sembahyang)
"Hari ulang tahun? Hmmph, jangan pernah mengungkitnya lagi...." Sebuah persik jatuh dari atas meja persembahan, Baili Qing Shi memungut buah itu, mengelapnya menggunakan jubah sutranya lalu kemudian menggigit sedikit.
"Aku tumbuh sendirian. Jenderal bahkan tidak mau melihatku. Dan Xiao Ge…" Baili Qing Shi menuangkan arak lalu kemudian menyiramkannya pada papan tablet 'Xiao Ge', "Gege seharusnya sudah dewasa sekarang. Mungkin lebih tinggi dariku. Atau mungkin, kau sudah menjadi Jenderal yang hebat."
"Ge, tadi aku bertemu seorang tunawisma. Entah mengapa saat aku melihatnya, aku tiba-tiba mengingatmu. Aku pikir, jika kau tumbuh dewasa, kau akan sama tampannya dengan dia." Baili Qing Shi berdiri, hendak pergi dari aula leluhur, "Tetapi kau pasti jauh lebih tampan darinya. Dia sedikit menyebalkan."
*_
Baili Qing Shi adalah tuan muda yang bisa saja menyuruh seseorang untuk menghangatkan makan malam untuknya. Tapi dia benar-benar tidak pernah melakukan hal itu semenjak dia tumbuh menjadi seorang pemuda.
"Mereka bekerja keras lagi? Makanan ini terlalu banyak untukku." Baili Qing Shi menatap meja makan yang penuh dengan makanan.
Dia kemudian menggulung lengan bajunya dan membawa semua makanan itu ke dapur, memanaskannya dan menyimpannya ke dalam sebuah kotak makanan yang terbuat dari kayu.
Tuan muda Baili tidak makan, sebagai gantinya, dia keluar dari Fu-nya dengan tangan kiri dan kanannya membawa tumpukan kotak makanan.
Langkahnya berhenti saat dia menemukan sesuatu yang layak untuk disinggahi.
"Ini. Makanlah, jangan kelaparan. Bawa untuk keluargamu." Baili Qing Shi menemukan seorang anak laki-laki yang tengah duduk di depan sebuah restoran.
Pakaian anak itu robek disana-sini, mirip seperti pakaian tunawisma Wen, hanya saja lebih parah. Yang ini benar-benar gelandangan, dari baunya, dan segala jenis penampakannya, Baili Qing Shi sudah tahu bahwa bocah menyedihkan itu adalah pengemis.
"Te..terimakasih tuan muda." Kata bocah itu.
"Dimana keluargamu, dimana kau tinggal?" Baili Qing Shi memberikan lebih banyak makanan pada bocah itu.
"Ka..kami tinggal di sebuah gudang kayu. Disebelah sana." Bocah itu menunjuk ke sebuah arah. Dia berkata, "Aku harus pergi, adik dan ibuku kelaparan. Te.. terimakasih tuan."
"Bocah..tunggu.." Baili Qing Shi mengeluarkan beberapa keping perak dan memberikannya pada bocah itu, "Ambillah, bawa ibumu ke tabib."
Bocah itu mengangguk dan berkata, "Terimakasih banyak tuan muda."
Bocah pengemis itu menghilang begitu cepat di kegelapan. Dan saat itu pulalah, Baili Qing Shi melupakan sesuatu, "Aku lupa bertanya namanya."
*_
Tidak ada perbedaan di hari-hari seorang tuan muda Baili. Dia akan bangun, mandi, makan, lalu berkeliaran di ibukota. Sesekali dia akan berada di pengadilan atau di kantor keamanan. Selebihnya dia akan berjalan-jalan di sekitar ibukota dan memakmurkan para pedagang. Membeli makanan yang banyak dan membagikannya pada setiap orang yang kelaparan.
Langkah kaki Baili Qing Shi tiba-tiba terhenti setelah dia mendengar suara memekak dari seorang pria, "Yang Mulia Putra Mahkota disini!"
Kasim mana yang akan mengumumkan kehadiran seorang pewaris tahta kekaisaran dengan cara seperti itu? Apakah kaisar Li Wei adalah kaisar yang sama sekali tidak memiliki musuh?
Benar-benar hal yang mustahil jika seorang kaisar tidak memiliki musuh! Walaupun kabar mengenai putra mahkota negeri Tang yang selalu berkeliaran bukan lagi hal yang dirahasiakan, tetapi pengumuman secara terang-terangan seperti ini, bukankah itu sedikit berlebihan?
Para warga ibukota membungkuk untuk memberi hormat pada laki-laki muda yang tengah menunggangi kuda itu. Wajah putra mahkota tidak bisa dikatakan jelek, dia cukup tampan. Menunggang kuda dengan ekspresi angkuh dan sombong, benar-benar mencerminkan bahwa putra mahkota ini adalah orang yang tidak tersentuh.
Dia adalah Li Jin, putra mahkota negeri Tang yang terkenal bar-bar. Melihat bagaimana saudara se-ayah, tatapan Baili Qing Shi menunjukkan ekspresi yang tidak bisa ditebak.
Seorang pria berusia sekitar tiga puluh hingga tiga puluh dua yang berdiri di samping Baili Qing Shi tiba-tiba berbisik pada temannya, "Dia adalah putra selir, tapi dia benar-benar sombong."
"Hush, jika ucapanmu ini sampai ke telinga Yang Mulia, maka kau akan kehilangan kepalamu." Kata teman pria itu.
Pria yang pertama kali berbicara itu segera menepuk-nepuk mulutnya dan berkata, "Ya, kau benar. Hanya saja, aku menyayangkan kematian Putra Mahkota yang lahir dari permaisuri Liu. Seandainya dia masih hidup…"
Dewa, andaikan saja mereka tahu bahwa Putra Mahkota itu kini berada di samping mereka! Baili Qing Shi tidak bereaksi apa-apa. Walaupun dia ada sangkut pautnya dengan percakapan kedua pria itu, dia sama sekali merasa hal itu tidak penting.
Baili Qing Shi memang putra kaisar Li Wei dan permaisuri Liu, dan dia sejatinya adalah Putra Mahkota dan pewaris tahta yang asli, tetapi itu dulu dan sekarang itu sama sekali tidak penting. Kenyataannya, yang duduk di atas kuda terbaik dan mendapatkan hormat seluruh rakyat bukanlah dia, melainkan Li Jin.
Kerumunan yang semula berbaris dengan rapi dan memberi jalan pada putra mahkota tiba-tiba menjadi tak terkendali setelah seorang bocah laki-laki menorobos dan secara sembrono berlari ke arah kuda putra mahkota Li Jin.
Putra mahkota Li Jin, "!!!"
"Kau! Apa yang kau lakukan?! Apa kau sudah gila!" Kepala pengawal segera berteriak dengan ekspresi marah, "Singkirkan bocah ini! Pukul dia!"
"Yang Mulia, tolong, tolong aku!" Bocah itu menumbuknya kepalanya ke tanah, dengan ekspresi memelas dan putus asa dia berkata, "Ibuku, ibuku, dan adik perempuanku baru saja mati. Tidak ada yang bersedia menolongku untuk mengubur mereka. Tolong, berikan kemurahan hati Yang Mulia."
Li Jin benar-benar tidak menyukai hal semacam ini. Dia hanya peduli akan keindahan, jadi bagaimana mungkin Putra Mahkota itu membantu bocah laki-laki yang bau itu? Terlebih lagi, apa yang dikatakan oleh bocah itu? Mengubur mayat ibu dan saudarinya? Benar-benar hal yang mustahil!
"Jika saja aku tidak berada di tengah-tengah keramaian, maka aku pasti sudah…" Li Jin menatap bocah itu dengan tatapan mencibir.
Karena tidak bisa berbuat seenaknya, maka Putra Mahkota Li Jin hanya bisa memberikan isyarat pada kepala pengawal untuk menyingkirkan bocah itu secara halus. Tapi sepertinya, bocah itu masih enggan menerimanya dan terus menerus meminta pada Putra Mahkota Li Jin.
Kepala pengawal sudah sangat geram. Dia segera memerintahkan bawahannya untuk menyeret bocah yang putus asa itu.
Baili Qing Shi di sisi lain, dia sudah menjaga emosinya selama beberapa waktu dan berniat melihat apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Li Jin. Begitu dia menyadari bahwa harapannya sama sekali tidak akan terpenuhi, Baili Qing Shi berniat melangkah dan membantu bocah itu. Terlebih lagi bocah itu adalah bocah yang ditolongnya tadi malam.
Baili Qing Shi mulai berjalan, tetapi sebelum langkahnya sampai ke bocah yang hampir diseret oleh dua pengawal kekaisaran itu, seseorang sudah mendahuluinya.
"Lepaskan dia!" Kata orang itu.
Suara ini….
Baili Qing Shi mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Jubah compang-camping dan caping hitam, serta suara merdu. Siapa lagi kalau bukan tunawisma merepotkan, Wen Xiaobo?
Baili Qing Shi tersenyum dan membatalkan niatnya untuk menolong bocah itu.
Wen Xiaobo, tanpa menunjukkan wajahnya, dia segera membungkuk pada putra mahkota Li Jin, "Yang Mulia. Maafkan bocah ini, dia baru saja kehilangan ibu dan saudarinya, jadi mohon dimaklumi. Pengemis ini akan membawanya pergi."
Li Jin, "…."
"Cepat! Bawa dia!" Kata kepala pengawal.
Wen Xiaobo baru saja akan mengulurkan tangannya pada bocah itu, tetapi kali ini dia kalah cepat. Seseorang sudah mambantu bocah itu bangkit dari tanah.
Wen Xiaobo, "….."
Baili Qing Shi tersenyum cerah saat dia berkata, "Kita bertemu lagi tuan muda Wen."
"Apakah sudah terlambat untuk bersembunyi dari pemuda tengik ini?!" Wen Xiaobo bergumam dan menyesali keputusannya untuk keluar rumah hari ini.