Yifu

1693 Kata
Wen Xiaobo hanya melirik pemuda itu sebentar sebelum akhirnya para pengawal kekaisaran mengusir mereka. Ada yang menarik. Bagi Putra Mahkota Li Jin, ini adalah kali pertama dia bertemu dengan Baili Qing Shi, tapi untuk beberapa alasan, Li Jin merasakan sesuatu saat matanya bertemu dengan tatapan elang Baili Qing Shi. "Kau…kau tuan muda dari mana?" Li Jin tanpa disangka-sangka mengatakan hal ini pada Baili Qing Shi. Adalah suatu yang wajar dan tidak salah bagi seseorang bertanya jika dia penasaran akan suatu hal. Terlebih lagi jika rasa penasaran itu hinggap di hati seorang pewaris tahta. Bahkan jika itu adalah menteri sekalipun, mereka masih tidak akan bisa lari dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Putra Mahkota Li Jin. Baili Qing Shi tersenyum mencibir di hatinya, dia segera menarik bocah malang itu dan memberikan isyarat pada Wen Xiaobo, "Bawa dia. Dia membutuhkanmu." Wen Xiaobo tidak mengatakan apa-apa, tetapi dia menuruti ucapan dari Baili Qing Shi. Baili Qing Shi membungkuk dan berkata, "Salam Yang Mulia. Hamba hanya pemuda yatim-piatu yang hidup di ibu kota. Tidak pantas mendapatkan perhatian dari Yang Mulia." Li Jin, "Siapa namamu?" Tidak seharusnya Baili Qing Shi membungkuk pada Li Jin. Jika dia masih berstatus sebagai Putra Mahkota, maka putra selir yang angkuh itulah yang seharusnya membungkuk padanya. Tetapi Baili Qing Shi sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini. Dia adalah Baili Qing dan bukan Li Lian, untuk apa dia merasa tidak nyaman? Baili Qing Shi masih menundukkan pandangannya, "Menjawab Yang Mulia, nama hamba Baili…" "Yang Mulia kita harus pergi." Kepala pengawal sudah terlebih dahulu menyela Baili Qing Shi. Dan Li Jin langsung mengiyakan ucapan kepala pengawal. Dia menarik kendali kuda dan berkata pada Baili Qing Shi, "Kau adalah pemuda yang cerdas. Aku harap kita akan bertemu lagi di masa depan." Kuda Putra Mahkota melaju begitu cepat, meninggalkan kerumunan warga ibukota yang nyaris lumpuh karena harus membungkuk selama kurang lebih sepuluh waktu dupa. "Sebaiknya kita jangan bertemu lagi." Baili Qing Shi menatap kepergiaan pasukan istana dan Putra Mahkota itu. "Uhuk, uhuk, uhuk…" Baili Qing Shi, "Abu ini menyebalkan. Eh? Kemana dua orang itu? Ah sial, aku terlalu lama meladeni Putra Mahkota." *_ Baili Qing Shi teringat bahwa bocah itu mengatakan padanya bahwa dia, ibu, dan saudarinya tinggal di sebuah gudang. Apakah itu gudang? Atau tempat reot lainnya? Tapi hal ini bukanlah hal yang sulit bagi Baili Qing Shi untuk menemukan kedua orang itu. "Kau..,kau, kau akan membawanya dengan gerobak jelek ini?" Ini adalah kali pertama Baili Qing Shi melihat seseorang memperlakukan mayat dengan begitu buruk. Apa tidak ada kereta? "Lalu, apa tuan muda punya pilihan lain?" Wen Xiaobo mengambil tumpukan gabah dan menutupi tubuh tak bernyawa dua orang wanita yang telah berada di atas gerobak jelek. Bocah itu tampak tidak sedih lagi, ekspresi lapang d**a muncul di wajah kurusnya. Dia berkata pada Baili Qing Shi, " Tuan muda, ini sudah lebih dari cukup. Paman Wen mau membantuku, itu sudah cukup. Aku berterimakasih pada kalian berdua." Mayat ibu dan saudari bocah laki-laki itu akhirnya dibawa ke sebuah lahan kosong yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Karena tidak memiliki uang sepeser pun, maka bocah itu hanya bisa menggali lubang untuk menguburkan dua tubuh dalam satu lubang. Namun apa yang bisa dilakukan oleh bocah kurus sepertinya? Hanya ada satu pilihan, Wen Xiaobo dan Baili Qing Shi adalah pilihan terbaik! "Aiya, aiya, usiaku tidak semuda dirimu. Nak, pergilah gali lubang itu." Wen Xiaobo, manusia tidak tahu diri itu langsung ambruk di tanah saat dia mengatakan hal ini pada Baili Qing Shi. Baili Qing Shi, "…." "Tidak, tidak, jangan merepotkan diri anda tuan muda. Aku akan melakukannya sendiri. Aku cukup kuat." Bocah kurus itu langsung mengambil sebuah cangkul dan mulai menggali. Baili Qing Shi, "…." Ayolah, jangan membuat tuan muda Baili terlihat sangat kejam! Saatnya bekerja! Dalam waktu sekitar tujuh dupa, lubang akhirnya berhasil digali. Tuan muda Baili yang selalu terlibat pekerjaan bersih dan tidak pernah menggali lubang orang mati seumur hidupnya akhirnya mendapatkan pelajaran baru. Baili Qing Shi menyeka keringatnya yang menetes, pandangannya tiba-tiba jatuh ke tunawisma sok rapuh yang tengah bersandar di bawah pohon osmanthus. "Aiya, tuan, saatnya bekerja. Bantu kami mengangkat jenazah mereka." Baili Qing Shi menepuk pundak Wen Xiaobo, membuat mimpi indah tunawisma merepotkan itu menjadi rusak. Selang beberapa lama, sesi mengubur mayat telah selesai. Ketiga orang itu benar-benar bekerja keras. Dan bocah kurus itu sangat bersyukur. Dia sangat terharu setelah Wen Xiaobo mengambil papan kayu secara sembarangan dan menyuruh Baili Qing Shi menuliskan nama di atas papan nama itu. "Ibu, adik, kalian beristirahatlah dengan tenang." Bocah itu berkata, "Aku akan menjaga diriku dengan baik." Setelah mengatakan beberapa patah kata yang cukup sentimental dan mampu membuat hati seseorang menangis, bocah kurus itu tiba-tiba bersujud di bawah kaki Baili Qing Shi dan Wen Xiaobo, "Tuan-tuan, mohon terimalah aku menjadi pelayan kalian. Aku akan menjadi abdi setia tuan-tuan." Baili Qing Shi merasa ini terlalu tiba-tiba dan berlebihan, dia langsung menarik bocah kurus itu dan membantunya berdiri, "*Xiao Didi, apa yang kau lakukan? Jangan seperti ini." (*Xiao Didi. Xiao di sini tidak menggunakan karakter penulisan yang sama dengan karakter nama Wen Xiaobo. Xiao di sini berarti kecil. Sementara Didi berarti 'adik'. Jadi Xiao Didi berarti 'adik kecil') "Kau bahkan tidak memberitahuku namamu, lalu untuk apa kau bersujud?" Kata Wen Xiaobo dengan suara mencibir. Orang ini! Apakah dia baru saja menampar bocah yang baru saja kehilangan orangtua dan saudarinya? Tidak bisakah kau bicara dengan suara yang lemah lembut. "Itu, aku.., aku biasa dipanggil Xiao Kong." Bocah kurus itu menelan ludah, takut bahwa Wen Xiaobo akan memakannya. Wen Xiaobo, "Margamu?" Xiao Kong tampak kebingungan, "Aku tidak tahu. Ibuku hanya memanggilku dengan sebutan Xiao Kong. Aku..aku tidak punya nama keluarga." (Karekter Xiao pada nama Xiao Kong berarti Senyum. Dan Kong berarti Langit) Baili Qing Shi sama sekali tidak memperhatikan anak itu. Perhatiannya hanya tertuju pada Wen Xiaobo. Senyuman licik muncul di wajah tampan Baili Qing Shi saat dia diam-diam berpikir, "Dari caranya bicara sudah bisa dipastikan bahwa dia bukanlah seorang tunawisma." Tunawisma mana yang mengenal marga? Mereka hanya memikirkan makanan dan tempat untuk tidur, selebihnya, siapa yang akan peduli? Berbicara tentang makanan, suara perut seseorang tiba-tiba berbunyi. Ya, itu adalah Xiao Kong. Makanan yang semalam diberikan Baili Qing Shi padanya pasti telah habis. Jadi wajar, jika bocah itu kelaparan saat ini. "Maaf karena merepotkan tuan muda Baili. Bocah ini akan aku rawat." Kata Wen Xiaobo. Kedua orang itu kemudian pergi meninggalkan Baili Qing Shi yang masih tampak linglung. Apakah seperti ini rasanya, ditinggalkan setelah digunakan? Baili Qing Shi adalah manusia berkulit tebal. Jika dia adalah pembuat onar nomor dua yang tidak pernah merasa malu, maka tidak akan ada yang menepati posisi pertama. Baili Qing Shi mengikuti kedua orang itu. Dan Wen Xiaobo sudah mengetahui hal ini, tapi dia terlalu malas untuk memperhatikan Baili Qing Shi. Wen Xiaobo dan Xiao Kong masuk ke dalam rumah makan. Bukan rumah makan mewah, hanya toko di pinggir jalan yang menjual roti kukus dan teh hangat. Wen Xiaobo dan Baili Qing Shi duduk saling membelakangi. Keduanya dipisahkan oleh dua meja, membuat Xiao Kong tampak keheranan. "Pelayan, aku pesan roti paling murah tanpa isian dan air putih hangat." Kata Wen Xiaobo. Pemilik kios itu tampak ragu-ragu, "Apakah kau memiliki uang?" "Tentu saja!" Wen Xiaobo sedikit emosi. Wen Xiaobo tahu bahwa Baili Qing Shi masih memata-matainya, tetapi itu bukanlah masalah besar. Dia hanya perlu bersikap seperti biasanya. Selama dua puluh delapan tahun hidup di dunia, Wen Xiaobo sudah melihat trik-trik kotor para manusia muda macam Baili Qing Shi ini. Jadi tidak perlu menghiraukannya. "Makanlah, kau harus hidup. Jangan kecewakan mendiang ibu dan saudarimu." Wen Xiaobo mengambil segelas air, merasakan pahitnya air, dia tiba-tiba merindukan rasa anggur. Setelah waktu tiga dupa, bocah bernama Xiao Kong itu telah selesai melahap roti kukus tanpa isi. Wen Xiaobo berniat membawa bocah itu bersamanya. Satu kepala tambahan, tidak akan masalah kan? Lagi pula dia memerlukan pelayan untuk membantunya mengurus rumah. Mengharapkan tuan muda Ouyang Yuze sama halnya dengan mengharap perak jatuh dari langit. Benar-benar mustahil. "Tuan, harga dua kukus roti ini adalah dua koin." Penjual itu segera menagih harga. Wen Xiaobo mengibaskan tangannya, berusaha menunjukkan bahwa dia bukanlah orang yang tidak memiliki dua keping koin. Wen Xiaobo, "….." Dia tidak terlalu miskin, setidaknya dua keping perak ada kan? Pedagang itu, "Tuan, kau tidak memiliki uang kan?" "Aku memilikinya, aku benar-benar memilikinya." Wen Xiaobo menggeledah tubuhnya, tatapannya tiba-tiba jatuh ke arah Baili Qing Shi duduk. "Dimana pemuda itu?" Wen Xiaobo benar-benar ingin melahap orang sekarang. Wen Xiaobo sedikit terkekeh, "Tidak bisakah aku berhutang dulu. Aku akan mengambil koin dulu. Kau…." "Tidak! Aku seharusnya tidak membiarkan pengemis seperti kalian berdua. Bocah itu akan membayarnya, dia harus bekerja disini hari ini." Pedagang roti kukus itu segera menarik tubuh Xiao Kong yang kurus. Wen Xiaobo memejamkan matanya. Dia tidak bisa sembarangan bertindak dan melukai pedagang ini. Dia harus tenang. Kerumunan orang yang ingin menyaksikan perkelahian seperti orang yang ingin melihat adu jotos segera berkumpul. Akan sangat menarik untuk melihat seseorang berkelahi. Wen Xiaobo baru saja akan membuka mulutnya kembali. Tetapi dari kejauhan, dia melihat Baili Qing Shi memegang sesuatu di kedua tangannya. Tangan kiri memegang kantung uang dan tangan kanannya memegang…, itu lebih berharga dari kantung uang milik Wen Xiaobo. Itu adalah sebuah token! "Tetap tenang, jangan marah." Wen Xiaobo memaksakan senyumnya. Baili Qing Shi berpikir, "Siapa yang mengatakan bahwa aku adalah bintang kesialan?" Ini benar-benar menarik. Setidaknya itulah yang terjadi. Baili Qing Shi melihat pedagang itu semakin marah dan dia tidak tahan lagi. Wen Xiaobo ini, bukankah dia adalah ahli bela diri? Kenapa tiba-tiba menjadi lemah sekarang? Dan nampaknya, pedagang roti kukus itu masih kurang puas jika dia tidak melayangkan tamparan dan pukulan pada tunawisma merepotkan Wen Xiaobo. Tetapi sebelum hal itu terjadi, Baili Qing Shi sudah menghentikannya. Putra kandung kaisar Li Wei dan permaisuri Liu Lishu itu tidak melakukan tindak kekerasan. Tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya mampu membuat kerumunan orang yang menyaksikan pertikaian antara tunawisma merepotkan dan pedagang roti kukus menganga karena terkejut. "**Yifu, apa yang Yifu lakukan disini? Aiya, Yifu membuat putra ini merasa bersalah." Baili Qing Shi tiba-tiba merangkul Wen Xiaobo. Wen Xiaobo masih linglung, "Aku? Dia barusan memanggilku dengan sebutan Yifu? Siapa Yifu-nya? Aku?" (**Yifu: Ayah angkat)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN