“Kamu mengancamku dengan video murahan ini?!” Siksa menatap nyalang ke arah Maureen, yang berhasil memancing emosinya. Walau terlihat tenang, tapi ekspresi dan tatapannya berubah. Siska terkejut. “Baiklah kalau kamu menganggap ini video murahan, artinya aku boleh mengunggahnya ke media sosial, kan?” “Apa?!” “Aku punya banyak video seperti ini dan jika kamu menganggap hanya sampah, dengan senang hati aku akan membagikannya pada orang lain.” “Kamu gila?!” Maureen tersenyum samar. “Kamu yang mengajarkan, aku hanya mengimbangi saja.” Maureen tersenyum sinis. “Aku datang memberimu penawaran, pasti kamu tahu apa yang kuinginkan, kan?” Menyandarkan tubuh pada sandaran sofa, Maureen menatap raut ketakutan Siska. Meskipun sudah menemukan satu kelemahan Siska, bukan berarti kemenangan di

