“Aku tidak sebodoh itu, walaupun pada akhirnya aku harus menjual rumah itu, tentu saja bukan pada orang lain. Tapi pada Rijal, aku tidak hanya menjual apa yang kumiliki, tapi juga membeli informasi yang akan menguntungkan kita.” Anjani menatap tajam ke arah Maureen, menuntut penjelasan dengan rencana yang tidak terduga. Anjani terkejut dengan rencana tersembunyi Maureen, sedikitpun ia tidak pernah menduga ide tersebut muncul dari kepalanya. “Ternyata kamu nggak sebodoh yang aku pikirkan.” Maureen berdecak kesal, sambil menikmati bakso super pedas yang mereka beli dari penjual keliling. “Sepertinya kamu belum tahu riwayatku dulu. Maaf nih,,, aku salah satu murid terpintar di sekolah dulu, bahkan kakakmu saja tidak akan bisa menyaingi keointaranku. Aku hanya kalah di nasib, tapi saat

