“Siapa?” Niko tidak sendirian, tapi bersama Anjani yang muncul dibalik punggung lelaki itu. Senyum meremehkan terlihat jelas di wajahnya, menandakan bahwa ia siap mengibarkan bendera perang dan menindas Maureen. “Apa aku bilang, dia akan kembali.” Anjani menarik Niko ke sisinya. “Masih tidak tahu diri rupanya,, atau datang untuk mengambil barang-barang? Aku dan Niko sudah membereskan barangmu, tinggal ambil.” Anjani menunjuk ke arah belakang dimana terdapat tas berukuran cukup besar, berisi barang-barang Maureen, termasuk pakaian pun ada di dalam sana. Beruntung selama ini Maureen tidak pernah menaruh banyak barang di kediaman Anjas, selain karena memang tidak memiliki banyak barang, juga karena Maureen lebih nyaman menaruhnya di loker khusus pekerja, di kantor Adiguna. “Benar, ak