POV Putri Nina langsung melajukan motornya begitu aku turun. Aku melangkah cepat menuju teras yang telah sepi, membuka pintu dan masuk. Aku memelankan langkah saat mendengar suara ibu dan Om Redi di kamarku. Dadaku berdebar menanti kelanjutan ucapan mereka. "Red, kamu yakin mau pinjam uang ke rentenir? Sayang sekali bunganya, itu dosa, katanya." Terdengar helaan napas berat. "Aku ni bingung, Bu, pusing sangat aku ni. Aku hendak jual motor tak boleh sama ibu. Ibu tahu sendiri Putri tu ingin kuliah. Kalau tak aku kuliahkan, bisa-bisa dia sangka aku ni suami yang kejam. Ibu mau dia minta pisah gara-gara tak kuijinkan kuliah?" Aku menahan napas, merasai dadaku yang berdebar. Nggak segitunya aku bakalan minta pisah seperti yang sudah-sudah. Sekarang beda situasinya. Aku tahu, sulit diposi