POV Putri Om Redi menarikku ke pelukannya. "Jangan nangislah, Dek, kakak usahakan dapat uang buat kuliah. Kau nangis, hati kakak ni sedih sangatlah. Diamlah." Ia menghapus air mataku, perlahan berdiri dan mengulurkan tangan. "Yok? Jadi, tak?" Ia menarikku berdiri. Diusapnya sudut mataku dengan jarinya lalu menggandengku menuju halaman. Ia menunggangi motornya dan aku membonceng di belakangnya. Kuusap cepat air mata saat ia menoleh. Om Redi tak mengatakan apa-apa, ia melingkarkan tanganku ke perutnya lalu mengemudikan motor sangat kencang. Aku mempererat pelukan. "Kakak, pelan-pelan." "Katanya, kau ingin kakak ajak trek-trekan, ini belum ada apa-apanya dibanding nanti." "Pelan-pelan ajalaah, aku takut." "Ha ha. Kau ini. Mana adalah trek-trekan pelan? Siap? Kau pegangan yang kencang, k