Aku dan Om Redi saling pandang saat melihat Mei dan Nari duduk di kursi teras, menunduk dengan mata terpejam, ada dua tas besar dekat kaki mereka. "Bagaimana ceritanya mereka bisa sampai situlah? Heran kakak ni." Ia mengernyit. Menatap mereka dengan pandangan tak senang. Aku mengedikkan bahu tak tahu. "Jangan-jangan ni, adek WA-an sama mereka dan suruh mereka ke sini." Aku langsung menggeleng. "Enggak, Kak, seriusan. Sumpah demi Allah." Tangan Om Redi terulur ke arahku. "Sini lihat kakak, HPnya." "Kakak gak percaya sama aku?" tanyaku sambil membuka resleting tas tangan, lalu mengeluarkan HP dan memberikan padanya. Om Redi menerimanya, menunduk dengan jari-jari tangannya bergerak di layar HP. "Lima belas panggilan tak terjawab 3 pesan semua belum dibuka." "Ya memang belum, aku gak t