63

1547 Kata

POV Redi "Bu, aku mau jual kebun di SP dua tu," kataku saat lihat ibu di teras sendirian. Ibu menyipitkan mata, pandang aku lama-lama seolah salah dengar. "Dijual, Red?" "Iya, Bu, sehektar sajalah. Aku ni terbebani kalau pinjam uang tu. Tak enak jugalah aku sama Zain." "Itu warisan dari orang tuamu, sayang kalau dijual. Bisa untuk tabungan dari kebun itu. Bagaimana dengan kebun yang di sini?" "Kan semua terbakar, Bu, murahlah kalau dijual. Jual sehektar yang di SP dua tu tak apalah. Hanya kali ni saja, Bu. Besok-besok, tak jual lagi." Ibu pijit-pijit kening, risau sekali wajahnya. Setelah orang tuaku ninggal, dia yang urus semua kebunku. Dari mulanya lahan yang hanya ditanami padi per enam bulan, sama beliau ni ditanami kelapa sawet, ikut-ikutan warga karena saat itu sawet mahal sang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN