Aku hela napas. Benar-benar perempuan, aneh sangat. Merajuk tiba-tiba tanpa sebab. Nasib-nasiib, jadi lelaki tuu. "Adek mau es campur?" "Enggak." "Soto?" "Enggak." "Maunya apalah adek nii?" "Aku pengen kakak bilang cinta sama aku, tapi itu mustahil banget." "Nanti kakak bilanglah kalau sudah cinta," sahutku gemas. "Iya," jawabnya datar. Aku geleng-geleng kepala. Sampai rumah, Putri segera membersihkan patin, sementara aku buat bumbunya. Putri menyalakan kompor, lalu ambil bumbu yang sudah kubuat dengan kepala noleh ke kiri. Ngambek tanpa sebab, aneh sangat. "Mau pakai kemangi, tak, Dek?" Aku memperhatikannya yang kini mengaduk-aduk bumbu di penggorengan dengan spatula. Uap tipis mengepul di atas penggorengan menebar harum gurih. Putri natap aku seklias dengan wajah jutek. "Ya