POV Nana "Cepat ya, Mas?" Lalu aku mematikan telepon. Jantungku berdetak cepat. Aku mondar-mandir dengan tubuh berkeringat dingin, benar-benar cemas. Ed satu-satunya harapan agar aku bisa bersama Mas Yoga. Begitu mobil Mas Yoga datang, aku bergegas naik. Mas Yoga langsung melajukan mobil, sesekali mengernyit memandangku. "Ada apa? Kamu terlihat cemas alih-alih sedih karena tidak jadi menikah." Aku mengangguk. "Tentu aja aku cemas, Mas. Sangat-sangat cemas." Juga takut. Ia mengernyit heran. "Pacarku datang, yang aku ceritain itu, tiba-tiba saja dia datang tanpa memberi kabar." Matanya sedikit melebar, ia terlihat senang, kini. "Bukannya itu malah bagus?" Aku mengangguk, tanganku terangkat mengusap wajah yang berkeringat dingin. "Iya, bagus. Yang aku takutin, Putri akan cerita yang