“Kenapa lo harus ngejajah apartemen gue, sih?” Entah sudah keberapa kalinya Vio mengeluhkan hal yang sama sejak semalam. Ry hanya menoleh sekilas sambil menampilkan senyum tanpa dosa. “Soalnya kan Vio sendirian.” “Terus? Hubungannya apa?” “Vio punya tempat luas buat menampung pengungsi kayak Ry ini.” Ry terus saja melanjutkan kesibukannya mengukur bahan untuk membangun dinding maketnya. Vio mendengkus heran sambil memandangi ruang tengah apartemennya yang penuh dengan barang Ry. Ia duduk perlahan di sebelah Ry dan mengucapkan sindiran, “Pengungsi mana yang ngejarah lahan tempat penampungan kayak gini? Barangnya aja enggak kira-kira banyaknya.” “Ry enggak bawa barang lain selain kebutuhan buat bikin maket, kok,” jawab Ry tanpa dosa. “Maket lo aja udah ngabisin lahan, Ry!” Vio berdeca