Setelah Renata pergi. 
Adrian yang sudah berhenti menahan tawanya dan memilih untuk tersenyum diam-diam karena gengsinya yang masih sangat besar pun, berdehem. 
"Ahemm! Pengganggunya sudah pergi, sekarang mau dilanjutkan lagi atau mau cari di tempat lain?" tanya Adrian. 
Raisa pun menghentikan tawanya, dia menggelengkan kepalanya. 
"Belum selesai mas, masih ada yang mau aku beli tapi setelah dari toko ini, aku mau pergi ke toko di sebelah," jawab Raisa. 
Adrian mengerenyitkan dahinya, karena dia tahu toko di sebelah toko itu adalah toko pakaian pria. 
Seketika senyuman di raut wajahnya pun hilang. 
"Ckckckck ... Pasti  Raisa ke toko itu  ingin membelikan pakaian untuk Kevin! Seperti sebelumnya, dia rela melakukan apapun demi menyenangkan pria b******k itu! Apalagi tadi Raisa sempat membuat Renata marah dan dia pasti mengadu pada Kevin, jadi ... Untuk meredam amarahnya pasti Raisa ingin membelikan hadiah untuk dirinya dan aku ... aku hanya orang yang hanya memiliki harapan kosong dan mungkin sikap baiknya terhadapku hanyalah kepura-puraannya saja!" gumam Adrian, dia pun segera menarik tangan Raisa yang memeluk erat lengannya. 
Raisa terkejut dan melihat raut wajah Adrian yang berubah dingin kembali. 
"Ada apa mas? Kenapa mas melepaskan tanganku?" tanya Raisa. 
Adrian langsung memalingkan wajahnya. 
"Aku lelah, kamu pilih sendiri saja!" Adrian pun membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan Raisa. 
"Mas, kamu mau kemana? Bisakah kamu menunggu aku sampai selesai? Tapi kalau kamu merasa bosan, ya sudah nanti saja aku lanjutkan lagi memilihnya, kita cari tempat untuk ...." 
"Tidak usah! Kamu beli saja semua yang kamu inginkan, aku tunggu di sofa sana," jawab Adrian. 
Raisa pun tersenyum, dia tahu jika Adrian takkan tega meninggalkannya. 
"Terima kasih mas, aku janji tidak akan lama setelah ini aku ...." Raisa meraih tangan Adrian lalu menariknya. 
Adrian pun menoleh ke arahnya. 
"Kamu mau apa?" tanya Adrian. 
Raisa mendekati Adrian dan melihat ke sekelilingnya. 
Adrian semakin penasaran. 
"Kenapa? Kok kamu terlihat mencurigakan sekali?" tanya Adrian. 
Raisa malah terkekeh dan segera mencium pipi Adrian secara tiba-tiba. 
Membuat mata Adrian terbelalak karena terkejut. 
"Ka-kamu mencium aku?" tanya Adrian. 
Raisa tersenyum malu-malu, dia mengangguk dengan wajahnya yang tersipu. 
"Anggap saja sebagai salah satu hadiah, karena kamu mau menemani aku mas," jawab Raisa, dia pun segera melepaskan tangan Adrian lalu berlari pergi meninggalkan Adrian yang masih berdiri kaku, menatap dirinya. 
"Hadiah? Dia mencium aku sebagai hadiah? Hari ini dia sudah mencium aku lebih dari satu lagi dan dia ...." Adrian menyentuh pipinya, dia tersenyum sendiri seperti orang gila. 
"Aku di cium lagi sama Isa! Dua pipiku di cium sama Isa?" ucapnya yang terus tersenyum sendiri, Adrian merasakan perasaan yang sangat bahagia dan pikiran buruk yang sebelumnya menghantui otaknya sudah menghilang begitu saja. 
"Aku dicium lagi sama Isa? Aku ... Hahahaha ... Aku mendapatkannya lagi! Ini ... Sungguh luar biasa sekali!" ucap Adrian, dia terus tertawa sendiri sambil memegang pipinya, Adrian berjalan menuju sofa sampai duduk pun dia terus memegang pipinya. 
Beberapa orang yang melihatnya, menatap aneh dan Adrian tak peduli dengan itu semua, dia tetap tersenyum sendiri menikmati kebahagiaan yang selama ini dia dambakan. 
Sementara itu, Raisa melanjutkan membeli lagi beberapa pakaian yang cocok untuknya, membeli tas serta sepatu yang nyaman untuk dia kenakan, karena yang ada di dalam lemarinya itu semua sepatu yang tak nyaman baginya, semuanya memiliki tinggi diatas lima cm dan itu tak nyaman baginya. 
Sehingga, Raisa membeli sepatu dan sandal yang tidak terlalu tinggi bahkan ada flatshoes juga, pokoknya yang tak menyiksa dirinya. 
"Aku mau jadi diriku sendiri! Tidak mau mengikuti saran gilanya Renata, huh! Bodohnya aku dulu mengapa bisa mendengarkan ucapan manusia busuk itu!" umpat Raisa, dia baru menyadari betapa bodohnya dirinya di kehidupan sebelumnya padahal sudah sangat jelas jika Renata tak memiliki niat baik sama sekali padanya. 
"Sekarang aku tidak mau dibodohi dia lagi! Aku mau hidup untuk diriku sendiri dan juga ...." Raisa melirik ke arah Adrian dan dia melihat Adrian masih tersenyum sendiri sambil memegang pipinya. 
"Puft, dia masih menyentuhnya? Apakah bekas bibirku itu sangat lembut sampai dia terus menyentuhnya?" gumam Raisa, dia tertawa kecil melihat tingkah Adrian yang begitu mencintainya. 
"Kali ini, aku tidak akan membiarkan kamu sedih lagi, Adrian! Aku akan membuat kamu selalu bahagia," ucap Raisa, dia tak sadar menitikkan air matanya. 
"Aku akan mencintaimu seperti kamu mencintai aku,  Adrian!" gumam Raisa, dia menghapus air matanya dan langsung memalingkan wajahnya. 
Dia tak kuat jika melihat Adrian dari jarak jauh, pasti ada rasa sedih dan sakit di hatinya karena bayangan di kehidupan sebelumnya masih terus menghantuinya. 
Sehingga, Raisa secepatnya menyelesaikan semuanya dan segera membayar tagihan itu memakai kartu yang diberikan oleh Adrian. 
"Terima kasih sudah berbelanja di toko kami, jangan lupa kembali lagi," ucap sang pelayan sambil menyerahkan kartu itu. 
Raisa mengangguk dan setelah itu, dia hendak memanggil Adrian untuk meminta bantuan padanya. 
"Ma ...." baru saja Raisa membuka mulutnya, Adrian sudah ada di belakangnya. 
"Aku saja yang bawa!" ucapnya sambil meraih semua tas belanjaan yang banyak itu. 
"Eh, mas! Ini terlalu banyak, biar aku bawa separuhnya," Raisa hendak mengambil beberapa tapi Adrian langsung mengambil semuanya. 
"Kamu tidak perlu membawanya! Biarkan aku saja!" ucapnya. 
Raisa tak berani membantah, dia pun membiarkan Adrian membawanya. 
"Mas, kita ke parkiran saja dulu, emmm ... Aku ikut antar kamu ya!" ucap Raisa. 
Adrian menggelengkan kepalanya. 
"Tidak usah! Bukannya tadi kamu mau ke toko sebelah?" tanya Adrian dengan ekspresi dingin, karena dia pikir jika Raisa akan membelikan sesuatu untuk Kevin dan Adrian, tak bisa marah atau menunjukkan kalau dirinya cemburu, karena dia takut jika Raisa kembali lagi seperti biasanya dan dia tak mau kehilangan moment indah ini yang mungkin hanya sementara itu. 
Raisa yang tak tahu isi hati dan pikiran Adrian, dia mengangguk setuju.
"Baiklah mas, kalau begitu ... Aku tunggu di toko itu ya! Mas jangan lama-lama di parkiran, harus kembali ke sini lagi, ya!" ucap Raisa, dia tersenyum dan mendekati Adrian. 
Seketika detak jantung Adrian berdetak cepat, dia merasa sangat gugup, karena dia pikir jika Raisa akan mencium pipinya lagi. 
"Isa jangan cium aku? Kalau kamu sampai melakukannya, jangan salahkan aku ...." belum selesai Adrian bergumam, ternyata benar. 
Cup! 
Raisa mengecup pipinya lagi. 
Membuat Adrian terkejut sampai matanya melotot. 
"Ka-kamu mencium aku lagi Raisa?" tanya Adrian, dia masih terkejut karena hari ini sudah berkali-kali Raisa mencium pipinya. 
Raisa tersenyum dengan wajah bersemu merah. 
"Iya mas! Itu aku berikan supaya kamu semangat membawa barang-barang sebanyak itu, nanti aku kasih lebih banyak lagi setelah selesai belanja, ya mas!" ucap Raisa dia sungguh terus terang tanpa ada rasa malu sama sekali. 
Wajah Adrian memerah, dia seperti terbakar dalam kebahagiaan. 
"Raisa, kamu tidak tahu malu! Jaga sikap kamu dan ..." Adrian langsung memalingkan wajahnya, dia tak mau jika Raisa melihat wajahnya. 
"Aku pergi dulu!" ucap Adrian yang langsung berlari meninggalkan Raisa yang menatap aneh kepadanya. 
"Eh, mas! Kamu kenapa ...." Raisa pun akhirnya mengerti karena sebelumnya sempat bingung sendiri. 
"Puft! Ternyata Adrian yang acuh dan cuek itu bisa salah tingkah juga ya!" ucap Raisa, dia tertawa sendiri dibalik mulutnya yang ditutupi telapak tangannya, Raisa terus menatap punggung Adrian yang perlahan menghilang dari pandangannya dan setelah dia pergi, Raisa pun bergegas masuk kedalam toko itu, untuk membelikan Adrian setelan kemeja yang baru, sebagai tanda cintanya terhadap Adrian.