Gista membuka matanya secara perlahan. Ia mendengar nafas teratur dari tubuh Bima. Ternyata ia tertidur di pelukkan Bima. Ia memandang wajah tampan itu masih terpejam. Begitu nyamannya berada di pelukan Bima. Laki-laki inilah yang sebenarnya ia inginkan. Bima selalu tahu apa yang terbaik buat dirinya. Gista melepaskan diri dari pelukkan Bima. Ia menatap ke arah jendela, matahari malu malu menampakkan sinarnya. Ia harus kuat menjalani hari. Toh, apa yang telah terjadi biarkan lah, ia sudah dewasa, ia akan bertanggung jawab apa yang telah ia lakukan. Ia tidak akan menangis terus menerus, sepeti tadi malam. Tadi malam, Bima sama sekali tidak meninggalkannya sendiri. Laki-laki mana yang akan ia dapat seperti Bima. Gista lalu mengecup pipi kiri itu, dan lalu menegakkan punggungnya. Meninggalkan